Ketika sebagian kaum muslimin bisa hidup tenang di Habasyah, mereka yang tinggal di Makkah tetap saja menghadapi tekanan demi tekanan dari kaum Musyrikin Quraisy. Di tengah-tengah penekanan inilah datang dua berita gembira dan pemberi semangat bagi kaum muslimin yaitu masuk Islamnya dua orang jagoan Quraisy, Hamzah bin Abdil Mutthalib dan juga Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Hamzah adalah salah seorang paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah putra Abdul Mutthalib dan saudara ayah Rasulullah, Abdullah. Selain itu Hamzah dan Rasulullah merupakan saudara sepersusuan, karena keduanya pernah disusui oleh Tsuwaibah, budak wanita milik Abu Lahab. Walaupun statusnya paman bagi Rasulullah, akan tetapi usia mereka berdua tidaklah terpaut jauh. Hamzah radhiyallahu ‘anhu hanya lebih tua sekitar dua tahun dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Hamzah masuk Islam di penghujung tahun ke-6 dari kenabian. Tepatnya di bulan Dzulhijjah. Bagaimana kisah keIslaman Hamzah?
Mengenai sebab keislamannya adalah bahwa suatu hari, Abu Jahal melewati Rasulullah di bukit Shafa, lalu dia menyakiti dan menganiaya beliau. Rasulullah diam saja, tidak berbicara sedikitpun kepadanya.
Kemudian dia memukuli tubuh beliau dengan batu dibagian kepala sehingga memar dan darah mengalir. Selepas itu, dia pulang menuju tempat pertemuan kaum Quraisy di sisi Ka'bah dan berbincang dengan mereka.
Kala itu, salah seorang wanita bekas budak Abdullah bin Jud'an berada di kediamannya di atas bukit Shafa menyaksikan apa yang terjadi kepada Rasulullah. Ketika itu Hamzah baru saja pulang berburu dengan menenteng busur panah. Maka sang wanita tadi mengkhabarkan kepada Hamzah apa yang dilakukan oleh Abu Jahal kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika itu Hamzah dikenal sebagai seorang pemuda yang gagah dan berwibawa di tengah-tengah Quraisy. Hamzah pun murka mendengar berita itu dan langsung bergegas pergi dan tidak peduli dengan orang yang menegurnya. Hamzah pun fokus mengincar Abu Jahl untuk memberikan pelajaran kepadanya.
Ketika Hamzah dia masuk Masjidil Haram, dia langsung bertemu Abu Jahal. Hamzah langsung membentak Abu Jahl, Ya Mushaffir Istah! [1] Engkau berani mencaci maki keponakanku padahal aku sudah memeluk agamanya?".
Kemudian Hamzah memukul Abu Jahl dengan gagang busur panah dan membuatnya terluka. Melihat hal itu, sebagian orang-orang dari Bani Makhzum (qabilahnya Abu Jahal) terpancing emosinya. Hal ini direspon oleh Bani Hasyim, qabilahnya Hamzah.
Abu Jahal lalu berusaha melerai. Dia berkata, "Biarkan Abu 'Imarah [2]!! Sebab aku memang telah mencaci maki keponakannya dengan cacian yang amat jelek".
Keislaman Hamzah pada mulanya adalah sebagai pelampiasan kejantanan. Di mana dia tidak tahan dengan hinaan seorang bekas budak. Kemudian Allah melapangkan dadanya. Dia pun menjadi orang yang berpegang teguh dengan Al 'Urwatul Wutsqa dan dia pun menjadi sebab kebanggaan kaum muslimin.[3]
Hamzah adalah salah seorang paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah putra Abdul Mutthalib dan saudara ayah Rasulullah, Abdullah. Selain itu Hamzah dan Rasulullah merupakan saudara sepersusuan, karena keduanya pernah disusui oleh Tsuwaibah, budak wanita milik Abu Lahab. Walaupun statusnya paman bagi Rasulullah, akan tetapi usia mereka berdua tidaklah terpaut jauh. Hamzah radhiyallahu ‘anhu hanya lebih tua sekitar dua tahun dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Hamzah masuk Islam di penghujung tahun ke-6 dari kenabian. Tepatnya di bulan Dzulhijjah. Bagaimana kisah keIslaman Hamzah?
Mengenai sebab keislamannya adalah bahwa suatu hari, Abu Jahal melewati Rasulullah di bukit Shafa, lalu dia menyakiti dan menganiaya beliau. Rasulullah diam saja, tidak berbicara sedikitpun kepadanya.
Kemudian dia memukuli tubuh beliau dengan batu dibagian kepala sehingga memar dan darah mengalir. Selepas itu, dia pulang menuju tempat pertemuan kaum Quraisy di sisi Ka'bah dan berbincang dengan mereka.
Kala itu, salah seorang wanita bekas budak Abdullah bin Jud'an berada di kediamannya di atas bukit Shafa menyaksikan apa yang terjadi kepada Rasulullah. Ketika itu Hamzah baru saja pulang berburu dengan menenteng busur panah. Maka sang wanita tadi mengkhabarkan kepada Hamzah apa yang dilakukan oleh Abu Jahal kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika itu Hamzah dikenal sebagai seorang pemuda yang gagah dan berwibawa di tengah-tengah Quraisy. Hamzah pun murka mendengar berita itu dan langsung bergegas pergi dan tidak peduli dengan orang yang menegurnya. Hamzah pun fokus mengincar Abu Jahl untuk memberikan pelajaran kepadanya.
Ketika Hamzah dia masuk Masjidil Haram, dia langsung bertemu Abu Jahal. Hamzah langsung membentak Abu Jahl, Ya Mushaffir Istah! [1] Engkau berani mencaci maki keponakanku padahal aku sudah memeluk agamanya?".
Kemudian Hamzah memukul Abu Jahl dengan gagang busur panah dan membuatnya terluka. Melihat hal itu, sebagian orang-orang dari Bani Makhzum (qabilahnya Abu Jahal) terpancing emosinya. Hal ini direspon oleh Bani Hasyim, qabilahnya Hamzah.
Abu Jahal lalu berusaha melerai. Dia berkata, "Biarkan Abu 'Imarah [2]!! Sebab aku memang telah mencaci maki keponakannya dengan cacian yang amat jelek".
Keislaman Hamzah pada mulanya adalah sebagai pelampiasan kejantanan. Di mana dia tidak tahan dengan hinaan seorang bekas budak. Kemudian Allah melapangkan dadanya. Dia pun menjadi orang yang berpegang teguh dengan Al 'Urwatul Wutsqa dan dia pun menjadi sebab kebanggaan kaum muslimin.[3]
MASUK ISLAMNYA UMAR BIN AL KHATHTHAB RADHIYALLAHU ‘ANHU
Di tengah iklim yang sama pula, seberkas cahaya yang lebih benderang dari yang pertama kembali menyinari jalan. Cahaya yang benderang itu tidak lain merupakan masuk Islamnya Umar bin Al Khaththab. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijjah, tahun ke-6 kenabian. Berjarak tiga hari setelah keislaman Hamzah radhiyallahu ‘anhu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memang telah berdoa untuk keislamannya. Di antara doa yang beliau panjatkan,
اللهم أعز الإسلام بأحب الرجلين إليك اللهم أيد الإسلام بأحب الرجلين إليك أبي الحكم بن هشام وعمر بن الخطاب
"Ya Allah! Muliakanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling Engkau cintai, Umar bin Al Khatthab atau Abu Jahal bin Hisyam.” [4]
Ternyata, yang paling dicintai oleh Allah adalah Umar radhiyallahu ‘anhu. Beliau radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai seorang yang sangat tegas dan memiliki harga diri yang tinggi. Banyak di antara kaum muslimin yang pernah merasakan siksaan dari Umar. Sebenarnya, di dalam hati Umar terjadi perang batin. Di satu sisi dia merasa harus menghormati dan menjaga tradisi yang telah dibangun oleh nenek moyangnya. Di sisi lain dia sangat kagum kepada mental baja kaum muslimin dalam menghadapi berbagai cobaan demi menjaga aqidah mereka. Di hati Umar muncul berbagai keraguan dalam dirinya. Sebagai seorang yang kritis, muncul keraguan di hati Umar, jangan-jangan apa yang diseru oleh Islam ini lebih agung dan lebih suci. [5]
Suatu malam, Umar tidur di luar rumahnya. Dia kemudian pergi menuju Masjidil Haram dan masuk ke dalam tirai Ka'bah. Saat itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tengah berdiri melakukan shalat dan membaca surat Al Haqqah.
Pemandangan itu dimanfaatkan oleh Umar untuk mendengarkannya dengan khusyu' sehingga membuatnya terkesan dengan susunannya. Umar berkata, “Demi Allah! ini (benar) adalah (ucapan) tukang sya'ir sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy!”
Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membaca,
Suatu malam, Umar tidur di luar rumahnya. Dia kemudian pergi menuju Masjidil Haram dan masuk ke dalam tirai Ka'bah. Saat itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tengah berdiri melakukan shalat dan membaca surat Al Haqqah.
Pemandangan itu dimanfaatkan oleh Umar untuk mendengarkannya dengan khusyu' sehingga membuatnya terkesan dengan susunannya. Umar berkata, “Demi Allah! ini (benar) adalah (ucapan) tukang sya'ir sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy!”
Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membaca,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ (40) وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ (41
“Sesungguhnya Al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada kepada) Rasul yang mulia, dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya." . (Al Haqqah: 40-41).
Lantas Umar berkata "Kalau bukan ucapan penyair, maka ini adalah (ucapan) tukang sihir!".
Rasulullah lalu meneruskan bacaannya,
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (42) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (43
“Dan, bukan pula perkataan tukang sihir. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam…"hingga akhir surat tersebut. Inilah awal benih-benih Islam merembes masuk ke dalam relung hati Umar bin Al Khaththab. [6]
Lantas bagaimana selanjutnya?
Apa yang kemudian menyebabkan Umar mantap memeluk Islam?
Peristiwa apa yang terjadi pada beliau?
Jangan lupa untuk menantikan penjelasannya pada artikel selanjutnya biidznillahi ta’ala.
(bersambung)
CATATAN KAKI:
[1] Mushaffir Istah, yang berpantat kuning. Ejekan seolah-olah yang dijuluki mushaffir istah adalah seorang yang bersifat seperti anak perempuan karena anak perempuan pantatnya kuning. Dikatakan juga bahwa mushaffir istah artinya anak manja yang tidak pernah mengalami cobaan dalam hidupnya. Atau bias jadi yang dimaksud mushaffir istah adalah ‘kentut’ untuk melambangkan seseorang yang pengecut. Lihat An Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar.[2] Abu Imarah adalah kunyah (julukan) bagi Hamzah.
[3] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 118-119.
[4] HR. At Tirmidzi dari Abdullah bin Umar bin Al Khattab.
[5] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 119.
[6] Ibid. hlm. 119-120.