artikel pilihan


#2 | MEMETIK PELAJARAN AQIDAH DARI SIRAH NABAWIYAH: Peristiwa Pertama: Kisah Turunnya Wahyu (Bag. 1)


Syarah Sittah Mawadhi’ Minas Sirah
Syarah oleh: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan

Pengantar redaksi Tauhid.or.id:
Buku "Enam Pelajaran Paling Berharga dari Sirah Nabawiyah" ditulis oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi rahimahullah. Keistimewaan kitab ini adalah pembahasan masalah aqidah dan tauhid dari sisi perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ. Syarah kitab yang ditulis oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan حَفِظَهُ اللهُ ini adalah buku pertama dari project penerjemahan oleh tim bersama dengan alumni & mahasiswa LIPIA Jakarta dan إن شاء الله akan hadir dalam format e-book.

Artikel Pertama: #1 I MEMETIK PELAJARAN AQIDAH DARI SIRAH NABAWIYAH


**********

Matan 

Di dalamnya terdapat (keterangan) bahwa ayat pertama yang dengannya Allah mengutus nabi Muhammad (sebagai rasul) adalah,


يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ * قُمْ فَأَنْذِرْ

“Wahai orang yang berselimut, bangun dan berilah peringatan.”

Sampai pada firman-Nya,


وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ


“Dan karena Rabmu, bersabarlah.” [1] 



>> Syarah

Peristiwa pertama: kisah turunnya wahyu, yang dimaksud adalah turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyelisihi apa yang biasa dilakukan orang-orang musyrikin, serta menyelisihi kebiasaan kaumnya. Beliau pergi ke gua Hiro, itu adalah sebuah gua yang berada di atas gunung serta menghadap ke Ka’bah.

Beliau duduk di sana berhari-hari, bahkan berbulan-bulan beribadah kepada Allah ‘azza wajall dan menyendiri dari manusia. Menyembah Allah ‘azza wajall dengan ajaran Al-Hanifiyyah, agamanya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Malaikat pun mendatangi beliau di dalam gua dan berkata padanya, “Bacalah!” beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca” karena beliau memang tidak bisa membaca. Allah c berfirman,

وَمَا كُنتَ تَتْلُوا مِن قَبْلِهِۦ مِن كِتَٰبٍ وَلَا تَخُطُّهُۥ بِيَمِينِكَ
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu. [2]
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang ummiy, tidak bisa membaca dan menulis. Malaikat berkata padanya,Bacalah!” beliau menjawab,Aku tidak bisa membaca”, maksudnya, aku tidak pandai membaca. Kemudian malaikat itu mendekapnya dengan dekapan yang kuat lalu melepaskannya dan berkata padanya, “Bacalah” beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca” Kemudian malaikat itu mendekapnya dengan dekapan yang kuat lalu melepaskannya dan berkata padanya, “Bacalah” beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca” maksudnya, aku tidak pandai membaca. Pada akhirnya malaikat itu berkata padanya,

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Bacalah dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmu-lah yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” [3]

Nabi pun menghafalnya, inilah wahyu yang pertama kali turun kepada beliau, dan dengan itu Allah menjadikannya seorang nabi.

Kemudian beliau pergi menemui Khadijah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha dan menceritakan kepadanya semua yang terjadi dengan beliau, beliau takut, bahkan punggungnya bergetar karena keadaannya sangat mengkhawatirkan, ditambah kedatangan malaikat kepadanya di tempat ini.

Nabi berkata padanya, “Aku sungguh khawatir terhadap diriku” dia menjawab, “Tidak, demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu sampai kapanpun, bukankah engkau suka bersilaturahmi, membantu orang yang lemah, memikul beban manusia, dan membantu orang yang kesusahan?!” Dia beralasan dengan sifat-sifat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, yang mana dengan itu Allah tidak akan menimpakan kepada beliau dengan apa-apa yang ditakutinya (Allah tidak akan menghinakanmu sampai kapanpun), [4] karena sifat-sifat beliau sangat mulia.

Ini menandakan hebatnya pemahaman Khadijah. Dialah orang yang pertama kali menenangkan, menolongnya dan menghibur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari hal yang mengerikan ini. Ini merupakan sikap yang luar biasa darinya.  Kemudian Rasulullah berkata, “Selimutilah aku!” lalu dia pun menyelimutinya. ketika beliau dalam keadaan seperti itu, malaikat mendatanginya seraya berkata,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١  قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢
“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan.”
Dan dengan itulah beliau diutus menjadi rasul, karena beliau diperintah untuk menyampaikan (wahyu). Pada awalnya tidak diperintah untuk menyampaikan, maka dikatakan padanya,

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١
“Bacalah dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan.”
Beliau belum diperintahkan untuk menyampaikan (wahyu). Tetapi sudah menjadi nabi dengan (ayat) ini. Kemudian datanglah kepada beliau kerasulan, yaitu dengan diperintahkan untuk menyampaikan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١  قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢  وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣  وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ ٤  وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥
“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Rabbmu! Dan bersihkanlah pakaianmu! Dan tinggalkanlah segala (perbuatan yang keji).”
Ar-Rujz: berhala, inilah inti perkaranya, sedangkan yang dimaksud meng-hajrnya (berhala) adalah meninggalkannya dan menjauh darinya.

 وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ ٧
“Dan karena Rabbmu, bersabarlah.”
Harus bersabar, karena misinya sangat berat, lama, dan membutuhlan kesabaran. Inilah awal mula Allah mengutusnya beliau sebagai rasul-Nya, yaitu dengan larangan dari kesyirikan. Perintah pertama kepada beliau ialah melarang kesyirikan.
“Dan tinggalkanlah Ar-Rujz (berhala).”“Bangunlah, lalu berilah peringatan!”  

Berilah peringatan dari apa? Peringatilah menusia dari kesyirikan dan menyembah berhala! Peringatkanlah mereka dari hal ini. Tugas pertama beliau adalah memberikan peringatan, dan meninggalannya berhala. Ini menunjukkan betapa bahayanya kesyirikan itu.



**********


Matan 


Maka jika kamu memahami bahwa mereka melakukan berbagai perbuatan yang mereka mengetahui bahwa hal itu merupakan kedzaliman dan kesewengan seperti zina. Dan kamu tahu bahwa (di samping itu) mereka juga melakukan banyak ibadah, yang dengannya mereka mendekatkan diri kepada Allah, seperti Haji, Umrah, bersedekah kepada orang-orang miskin dan berbuat baik kepada mereka serta kebaikan-kebaikan yang lainnya.


>> Syarah


Mereka orang-orang jahiliyyah biasa melakukan berbagai perbuatan jelek seperti zina, riba dan dosa-dosa besar.
Bersamaan dengan hal ini, mereka masih memiliki sisa-sisa peninggalan ajaran agama Nabi Ibrahim ‘alaihis sallam. Mereka dahulu melakukan haji, umrah dan bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Akan tetapi perbuatan baik ini tidak diiringi dengan tauhid. Meskipun amalan itu baik, akan tetapi jika tidak diiringi dengan tauhid maka tidak akan memberikan manfaat kepada pelakunya.
Di samping melakukan perbuatan baik ini, mereka juga melakukan perbuatan jelek. Dan yang paling jelek adalah syirik. Meraka melakukan zina, memakan hasil riba dan berjudi. Ini semua adalah dosa besar akan tetapi yang paling besarnya adalah syirik, seperti menyembah berhala dan yang salainnya. Mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan keyirikan ini karena kebodohan mereka. Mereka mengatakan,
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ
Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” [5]
Perhatikanlah bagaimana kebodohan itu memberikan dampak buruk kepada pemiliknya. Menjadikan kebenaran sabagai kabatilan dan (menjadikan) kabatilan sebagai kebaikan. Menjadikan kesyirikan sebagai tauhid, serta menjadikannya sebagai cara untuk mendakatkan diri kepada Allah ‘azza wajall. Ini memberikan pelajaran untukmu agar salalu perhatian dengan perkara akidah, tauhid, dan memahaminya dengan baik.



**********

Matan

Ibadah yang paling agung menurut mereka adalah kesyirikan. Menurut mereka kesyirikan merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah paling baik. Sebagaimana yang dikisahkan oleh Allah tentang mereka, mereka berkata,

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ
“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” [6]
dan mereka mengatakan,
هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” [7]

>> Syarah 

Mereka mengakui bahwa mereka menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah itu, sebagaimana yang mereka katakan, (مَا نَعْبُدُهُمْ) “Kami tidak menyembah mereka” Mereka mengatakan, “Kami tidak bermaksud beribadah kepada mereka melainkan  agar mereka mendekatkan kami kepada Allah” Mereka mengira bahwa ini merupakan amal baik, “karena hal itu merupakan pengagungan dan pemuliaan kapada Allah. Jadi mereka (sesembahan) itu mendekatkan kami kepada-Nya, karena kami tidak mampu sampai kepada-Nya kecuali dangan beribadah kepada mereka. Maka mereka mendekatkan kami kepada Allah karena mereka adalah orang-orang shalih. Sebagaimana mereka juga mendatangi para malaikat dan nabi seperti Isa ‘alaihis sallam dan menjadikan para malaikat dan nabi itu sabagai perantara antara mereka dengan Allah, agar mendekatkan mereka dengan Allah dengan sedekat-dekatnya.



-----------------------------------------------
Diterjemahkan Oleh Ustadz Agus Purwanto
PROFIL PENULIS | LIHAT TULISAN LAIN



[1] QS. Al-Mudatsir:1-7
[2] QS. Al-Ankabut: 48
[3] QS. Al-Alaq: 1-5
[4] HR. Bukhari (3), (3392), (4953), (4955), (6982) dan Muslim (160) dari hadits aisyah radhiyallahu ‘anha.
[5] QS. Az-Zumar: 3
[6] QS. Az-Zumar: 3
[7] QS. Yunus: 18
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

adv/http://halaqah.tauhid.or.id/|

Artikel Pilihan

artikel pilihan/carousel

Arsip Artikel Per Bulan



Facebook

fb/https://www.facebook.com/Tauhid.or.id



Kids

Konten khusus anak & download e-book




Course