Kaum muslimin
rahimakumullah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk ke dalam Surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan perkara yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai?, tebarkanlah salam di antara kalian”. [HR. Muslim].
Dalam hadits di atas, terdapat
didalamnya berbagai kilauan pelajaran indah dari khazanah nubuwwah untuk
kita semua, diantaranya yaitu pelajaran tentang kunci surga dan tanda keimanan
yang akan terlihat dengan adanya kecintaan terhadap sesama kaum muslimin. Dan
untuk menumbuhkan kecintaan tersebut caranya adalah dengan menebarkan salam
sesama kaum muslimin.
Dengan demikian ucapan salam merupakan amalan yang sangat
besar manfaatnya untuk menumbuhkan kecintaan yang akan melahirkan keimanan lalu
mengantarkan pelakunya kepada surga yang penuh dengan keindahan dan kenikmatan
yang tiada tara.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini buletin kita akan
membahas secara ringkas beberapa
perkara yang terkait dengan ucapan salam tersebut, agar kita bisa memahami
kandungannya dengan benar sehingga membuat
ucapan salam kita sarat dengan makna dan
manfaat.
1. Bentuk Kalimat
Salam
Ucapan salam adalah dengan mengucapkan kalimat:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
[As-Salaamu ‘alaikum wa rahmatullaah wa baarakatuh]
Ini adalah kalimat salam yang paling afdhalnya, boleh juga
dengan ucapan:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Dan boleh juga hanya sebatas
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
Itulah tiga bentuk ucapan salam, sesuai dengan urutan afdhaliyyah (keutamaa). Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Imran bin Hushain, ia berkata, “Pernah ada seseorang yang datang kepada Nabi g dan mengucapkan, ‘As-Salaamu ‘alaikum’, maka Nabi menjawab salamnya lalu duduk, dan beliau berkata, ‘Sepuluh’. Kemudian setelah itu datang orang lain dan berkata, ‘As-Salaamu ‘alaikum wa rahmatullah’, Nabi menjawab salamnya dan berkata, ‘Dua puluh’, kemudian ada lagi yang datang dan mengucapkan salam, ‘As-Salaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh’, Nabi menjawabnya dan berkata, ‘Tiga puluh’”. [HR. Abu Dawud].
2.
Kandungan Makna dari Ucapan Salam
Ucapan salam, “As-Salaamu ‘alaikum wa rahmatullaah wa barakaatuh” artinya adalah: Semoga
keselamatan untuk kalian, rahmat dari Allah serta keberkahan dari-Nya.
Demikian terjemahan dari ucapan salam, dan ucapan salam
tersebut mengandung dua makna sebagaimana dijelaskan oleh para Ulama kita,
yaitu:
Makna yang pertama: apabila kata
As-Salaam dipahami sebagai nama Allah, maka maknanya adalah: “Semoga
As-Salaam selalu senantiasa menyertai kalian, rahmat dan juga keberkahan dari
Allah untuk kalian”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memiliki nama-nama yang Maha Indah
dan sifat-sifat yang Maha Mulia, salah satunya adalah As-Salaam. Dan dijelaskan oleh Imam Al-Qurthubiy rahimahullah, “Makna
As-Salaam sebagai nama Allah ta'ala adalah yang Maha Suci dari segala
kekurangan dan kejelekan yang sama sekali tidaklah ada pada penciptaan-Nya,
dengan demikian ucapan salam seseorang itu artinya adalah ‘Allah ta'ala senantiasa
mengawasi dan memperhatikanmu!’, maksudnya adalah mengingatkan bahwa Allah ta'ala senantiasa
mengawasi dirinya sehingga ia tenang dan merasa aman dari kejelekan”. [Faidhul
Qadir, 4/ 151]
Al-Harras rahimahullah berkata, “Nama As-Salaam diambil dari
kata As-Salaamah, artinya adalah Allah c yang Maha Selamat
dari segala penyerupaan satupun dari makhluk-Nya, Maha Selamat dari segala
kekurangan dan dari seluruh perkara yang mengurangi kesempurnaan diri-Nya”.
(Syarh An-Nuniyyah: 2/ 105)
Syaikh Shalih Alu Syaikh berkata, “Maknanya adalah, seluruh
nama Allah ta'ala menyertai kalian, yaitu nama As-Salaam, sehingga dengannya
mencari keberkahan dengan menyebut nama
Allah ta'ala dan dengan
sifat-sifat-Nya, maka nama Allah As-Salaam semoga menyertai kalian”. [At-Tamhid li Syarh Kitab At-Tauhid, Bab Laa Yuqaalu As-Salaam ‘alallah]
Makna yang kedua: “Semoga
keselamatan untuk kalian, dan rahmat dari Allah ta'ala serta keberkahan dari-Nya”.
Syaikh Shalih Alu Syaikh berkata, “Maksudnya adalah:
As-Salaamah (keselamatan) sebagaimana yang terkandung dari kata As-Salaam itu semoga senantiasa untuk kalian. Kita
mohon kepada Allah ta'ala agar melimpahkan keselamatan untuk kalian. Dan bisa juga
berkmakna jaminan segala keselamatan dariku untuk kalian, engkau tidak akan
mendapatkan sesuatu dariku selain keselamatan’, sehingga ketika engkau
mengucapkan ‘As-Salaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh’ kepada
saudaramu maka janganlah engkau langgar makna yang terkandung dari ucapan
tersebut, sebab ucapan salam tersebut maknanya adalah segala keselamatan aku
akan beri untukmu, aku tidak akan merusak kehormatanmu, tidak akan mengambil
harta bendamu, tidak akan mengganggu dirimu”. (At-Tamhid li Syarh Kitab At-Tauhid, Bab Laa Yuqaalu As-Salaam ‘alallah)
Sehingga ketika
terucap ucapan salam, “As-Salaamu alaikum”, maka terkandung makna
darinya yaitu mencari keberkahan dengan menyebut nama Allah yaitu As-Salaam
yang memang diantara kandungan dari nama Allah As-Salaam adalah keselamatan dan
juga do’a memohon kebaikan dan keselamatan dalam agama dan juga dalam urusan
dunia, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Ucapan As-Salaamu
‘alaikum ini maknanya adalah engkau mendo’akan untuknya agar Allah
menyelamatkannya dari segala kejelekan”. [Syarh Riyadhus-Shalihin]
3. Hukum Memberi Ucapan Salam dan Menjawabnya
Memberi salam kepada sesama saudara Muslim hukumnya adalah
sunnah, sebab Rasulullah
bersabda, “Hak seorang muslim dari muslim lainnya ada
enam (diantaranya; pent.) apabila
engkau berjumpa dengannya maka ucapkanlah
salam untuknya”. [HR. Muslim].
Adapun menjawab salam maka hukumnya adalah wajib kifayah.
Imam Al-‘Ainiy rahimahullah
berkata,
“Menjawab salam itu hukumnya wajib bagi setiap yang
mendengar salam tersebut dan apabila telah
ada yang menjawab maka gugur
kewajiban itu bagi yang lainnya, adapun memberi salam hukumnya
adalah sunnah”.
[Umdatul Qariy, 8/11]
4. Kemuliaan Ucapan
Salam
Salam merupakan ucapan penghormatan dan pemuliaan dalam Islam, memiliki berbagai kemuliaan diantaranya:
Merupakan ucapan penduduk surga. Berdasarkan firman Allah ta'ala,
Salam merupakan ucapan penghormatan dan pemuliaan dalam Islam, memiliki berbagai kemuliaan diantaranya:
Merupakan ucapan penduduk surga. Berdasarkan firman Allah ta'ala,
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ يَهۡدِيهِمۡ رَبُّهُم بِإِيمَٰنِهِمۡۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ ٱلۡأَنۡهَٰرُ فِي جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ ٩ دَعۡوَىٰهُمۡ فِيهَا سُبۡحَٰنَكَ ٱللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمۡ فِيهَا سَلَٰمٞۚ وَءَاخِرُ دَعۡوَىٰهُمۡ أَنِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٠
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. Do´a mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salaam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil aalamin". [QS. Yunus: 9-10].
Ucapan para Malaikat menyambut
penduduk surga.
ٱلَّذِينَ تَتَوَفَّىٰهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمُ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٣٢
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun´alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". [Annahl: 32].
Ucapan Allah ta'ala kepada
penduduk surga,
إِنَّ أَصۡحَٰبَ ٱلۡجَنَّةِ ٱلۡيَوۡمَ فِي شُغُلٖ فَٰكِهُونَ ٥٥ هُمۡ وَأَزۡوَٰجُهُمۡ فِي ظِلَٰلٍ عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ مُتَّكُِٔونَ ٥٦ لَهُمۡ فِيهَا فَٰكِهَةٞ وَلَهُم مَّا يَدَّعُونَ ٥٧ سَلَٰمٞ قَوۡلٗا مِّن رَّبّٖ رَّحِيمٖ ٥٨
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang Maha Penyayang”. [QS. Yasin: 55-58].
Syaikh As-Si’di rahimahullah dalam
tafsirnya berkata, “Ini adalah kalam dari Rabb Yang Maha Tinggi untuk penduduk Surga dan juga keselamatan
untuk mereka, hal ini ditekankan lagi dengan kalimat “...sebagai ucapan dari
Rabb...”, dan jika Rabb mereka telah memberi salam untuk mereka maka
keselamatan yang sempurna dari segala sisi akan mereka dapatkan dan juga
pemuliaan untuk mereka yang tidak ada lagi penghormatan lebih tinggi darinya”.
Yahudi–pun iri dengki kepada umat
Islam karena salam.
‘Aisyah radhiallahu 'anha berkata,
Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah Yahudi itu iri dengki terhadap apa
yang ada pada kalian semisal hasadnya mereka dengan ucapan salam dan ucapan
amin kalian”. [HR. Ahmad].
5. Adab-adab Terkait dengan Salam
a) Memberi Salam
Tidak memberi salam dengan ucapan salamnya non-Muslim.
Sebagian manusia telah terbiasa ketika berjumpa dan membuka percakapan dengan kata ‘Halo‘, dan
bila akan berpisah mengucapkan kalimat ‘sampai jumpa‘ atau ‘bye-bye‘, padahal kata ini adalah
ucapan yang muncul dan merupakan kebiasaan dari non-Muslim. Ini semua merupakan bentuk
penyelisihan terhadap tuntunan yang diajarkan oleh Islam, yaitu mengucapkan salam dan senantiasa
menjaganya, baik ketika memulai (berjumpa) maupun mengakhirinya (berpisah). Sehingga perbuatan
tersebut bisa teranggap sebagai perbuatan menyerupai non-Muslim yang dilarang dalam Islam.
Yang terbaik adalah yang pertama kali memulai salam, Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda,
a) Memberi Salam
Tidak memberi salam dengan ucapan salamnya non-Muslim.
Sebagian manusia telah terbiasa ketika berjumpa dan membuka percakapan dengan kata ‘Halo‘, dan
bila akan berpisah mengucapkan kalimat ‘sampai jumpa‘ atau ‘bye-bye‘, padahal kata ini adalah
ucapan yang muncul dan merupakan kebiasaan dari non-Muslim. Ini semua merupakan bentuk
penyelisihan terhadap tuntunan yang diajarkan oleh Islam, yaitu mengucapkan salam dan senantiasa
menjaganya, baik ketika memulai (berjumpa) maupun mengakhirinya (berpisah). Sehingga perbuatan
tersebut bisa teranggap sebagai perbuatan menyerupai non-Muslim yang dilarang dalam Islam.
Yang terbaik adalah yang pertama kali memulai salam, Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda,
إنّ أَوْلَى النَّاسِ بِالله مَنْ بَدَأَهُمْ بالسَّلامِ
“Sesungguhnya orang yang paling utama di sisi Allah adalah yang memulai salam untuk mereka”. [HR. Abu Dawud].
Berilah salam untuk yang kita kenal ataupun yang tidak kita
kenal. Pernah ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallalahu alaihi wa sallam, "Islam yang manakah yang paling baik?”, jawab
Nabi shallalahu alaihi wa sallam, “Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang
yang engkau kenal dan yang belum engkau kenal". [Muttafaq'alaih]
Hendaknya yang naik kendaraan memberikan salam kepada orang
yang berjalan kaki, yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk, yang
sedikit memberi salam kepada yang banyak, dan yang lebih muda memberi salam
kepada yang lebih tua. Demikianlah tuntunan dari hadits Abu Hurairah yang
muttafaq 'alaih.
Dan apabila sedang dalam kondisi yang sama, maka yang terbaik
adalah siapa yang memulai salam di antara mereka.
Mengucapkan salam dengan kalimat yang jelas terdengar,
demikian pula menjawabnya, kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang
sedang tidur. [Sebagaimana terdapat dalam HR. Muslim]
Tidak memberi salam dengan ucapan, "’Alaikumus
salaam", pernah Jabir radhiyallahu 'anhu berkata, “Aku pernah menjumpai Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam maka aku berkata, "Alaikassalaam ya Rasulallah!", Nabi shallalahu alaihi wa sallam menjawab, "Jangan kamu mengatakan
‘Alaikassalaam!". Di dalam riwayat Abu Daud disebutkan: "Karena
sesungguhnya ucapan "alaikas salam" itu adalah salam untuk
orang-orang yang telah mati". [HR. Abu Daud dan At-Tirmidziy].
Dianjurkan mengucapkan salam tiga kali jika khalayak banyak
jumlahnya. Anas radiyallahu 'anhu menyebutkan bahwa Nabi shallalahu alaihi wa sallam apabila beliau mengucapkan suatu kalimat, ia mengulanginya
tiga kali. Dan apabila ia datang kepada suatu kaum, ia memberi salam kepada
mereka tiga kali. [HR. Bukhari]
Tidak memberi salam kepada orang yang sedang buang hajat atau
di dalam WC, pernah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam sedang buang air kecil, dan ada yang memberi salam pada beliau, maka
beliau tidak menjawabnya. [HR. Muslim]
Memberi salam kepada anak-anak. Anas radiyallahu 'anhu menyebutkan bahwa ketika ia lewat di sekitar anak-anak, ia
memberi salam dan ia berkata, "Demikianlah yang dilakukan oleh
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam". [Muttafaq'alaih]
Tidak memulai salam kepada non-Muslim (Ahlu Kitab),
Rasulullah g bersabda, "Janganlah kalian memulai memberi salam
kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani" [HR. Muslim].
Namun, apabila mereka yang memberi salam dengan kalimat salam yang jelas,
maka kita jawab dengan cukup mengucapkan "wa `alaikum" saja,
Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Ahlu Kitab memberi salam kepada kamu,
maka jawablah: wa `alaikum".[Muttafaq'alaih]
Disunnahkan memberi salam di waktu masuk ke suatu majelis/perkumpulan
dan juga ketika akan meninggalkannya. [HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al-Albani]
Disunnahkan memberi salam di saat masuk ke suatu rumah
sekalipun rumah itu kosong, karena Allah telah berfirman,
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata,
فَإِذَا دَخَلۡتُم بُيُوتٗا فَسَلِّمُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ٦١
“Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kaliaN”. [An-Nur: 61]
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata,
“Apabila seseorang akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, maka hendaklah ia mengucapkan:السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ (Semoga keselamatan bagi kami dan bagi hamba-hamba Allah yang shalih)”. [HR. Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani]
Tidak memberi salam kepada wanita yang bukan mahramnya,
kecuali benar-benar aman dari fitnah, Al-Halimiy rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang benar-benar merasa aman dirinya
selamat dari fitnah maka silahkan ia beri salam, namun jika tidak maka diam
baginya itu lebih utama”. [Fathul-Bari, 11/34]
Dilarang memberi salam dengan isyarat kecuali ada uzur,
seperti karena sedang shalat atau bisu atau karena orang yang akan diberi salam
itu jauh jaraknya. Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian
memberi salam seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya
pemberian salam mereka memakai isyarat dengan tangan". [HR. Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh Al-Albaniy]
Demikian juga salam ketika berkomunikasi dengan perangkat
telepon dan sejenisnya, dianjurkan bagi yang menelepon untuk pertama memulai
salam karena ia teranggap sama dengan orang yang datang, dan Allah f berfirman,
إِذۡ دَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَقَالُواْ سَلَٰمٗاۖ …٢٥
“Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan Salam". [QS. Adz-Dzariyat: 25
b) Menjawab salam
Wajib bagi yang mendengar salam ditujukan padanya untuk menjawab salam
tersebut, jika tidak terdengar maka gugur keharusan menjawabnya, sebagaimana
diterangkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkar hal. 354. Dan kewajiban menjawab salam ini berlaku
untuk semua ucapan salam yang diucapkan langsung atau dengan tulisan.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barak hafidzahullah berkata:
رد السلام مشافهة كان أو رسالة كلاما أو كتابة؛ لعموم الأدلة
“Wajib hukumnya menjawab salam dengan berjabat tangan atau yang diucapkan ataupun melalui tulisan, hal ini karena berdasarkan keumuman dalil yang ada”. [Situs Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al-Barak]
Menjawab salam
dengan ucapan salam yang lebih sempurna atau paling tidak semisal dengan ucapan
salam yang ditujukan untuknya, dan tidak boleh baginya dengan yang lebih
sedikit dari salam yang ditujukan untuknya hal ini berdasarkan firman Allah ta'ala,
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٖ فَحَيُّواْ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآۗ … ٨٦
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)”. [QS. An-Nisa’: 86].
Misalnya, ada yang memberi salam “As-Salaamu ‘alaikum”,
maka jawabannya adalah dengan yang lebih baik darinya yaitu “Wa
‘Alaikumussalaam warahmatullah wabarakaatuh” atau, “Wa ‘Alaikumussalaam
warahmatullah”, atau semisal dengannya yaitu, “Wa ‘Alaikumussalaam”,
demikian seterusnya.
Disunnahkan
menjawab salam orang yang menyampaikan salam lewat orang lain dan kepada yang
dititipinya. Pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam
untukmu”. Maka Nabi menjawab, “`alaika wa`ala abikas salam". [HR. Abu Dawud].
Kaum muslimin
rahimakumullah
Demikianlah beberapa ringkasan terkait dengan ucapan yang
senantiasa terdengar di tengah kaum muslimin yaitu ucapan, “As-Salaamu
‘alaikum wa rahmatullaah wa barakaatuh”.
Semoga Allah memberi manfaat dari tulisan ini untuk kami dan untuk seluruh kaum muslimin.
Innahu Waliyyu dzalika wal Qaadiru ‘alaihi.
Wallahu Ta’ala a’lam bish shawab.
------------------------------------------------
Ditulis Oleh Ustadz Hudzaifah Bin Muhammad