Bencana alam merupakan fenomena yang sering kita temui di negeri ini. Bahkan tak jarang ratusan bahkan ribuan nyawa malayang, rumah-rumah hancur lebur, dan harta mereka hilang entah kemana dalam hitungan menit.
ini merupakan kejadian yang sangat luar biasa, hati pun terpacu dibuatnya. Oleh karena itu, seluruh dunia ramai membicarakannya, mengikuti berita, serta melihat bagaimana kesudahannya.
Dalam musibah tersebut, seorang mukmin harus menyikapinya dengan keimanan dan merenungi pelajaran-pelajaran yang bisa diambil.
Berikut ini merupakan sikap yang harus tertanam dalam hati seorang muslim dalam menghadapi bencana alam:
Yang pertama,
Kejadian ini akan membimbing seorang muslim menuju kepada sesuatu yang telah dia yakini, maka keyakinan itu pun semakin kuat. Yaitu keyakinan bahwa Dia lah Allah yang mengatur alam semesta, Dia menentukan segala sesuatu , dan tidak ada yang bisa menolak ketentuannya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya). [1]
Kemudian seorang muslim harus mengetahui bahwa semua kejadian itu merupakan tanda kebesaran Allah, agar semua hamba-Nya takut. Allah ‘azza wajall berfirman,
Qatadah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah menakut-nakuti manusia dengan tanda-tanda kebesaran-Nya agar mereka mau mengambil pelajaran, selalu mengingat, dan kembali kepada Allah.”
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا
“Dan Kami tidak mengirim tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” [3]
Seorang muslim harus berfikir bahwa Dzat yang telah mengirim bencana besar itu mampu untuk menimpakannya bencana yang serupa atau bahkan lebih besar.
Yang Kedua,
Dengan adanya bencana alam seperti gempa bumi, seseorang akan ingat betapa besar kenikmatan yang selama ini Allah berikan kepadanya, yaitu kenikmatan dijadikannya bumi itu tenang, tak ada gempa di setiap saat. Karena kalau selalu terjadi gempa bumi, maka bagaimana kita bisa hidup? Bagaimana kita bisa tidur? Dan bagaimana pula kita bisa bekerja? Allah ‘azza wajall berfirman,
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap ...” [4]
Yang ketiga,
Dengan adanya bencana, seorang muslim harus meningkatkan kesandarannya dalam menunaikan kewajibannya. Yaitu bertauhid kepada Allah, mentaati semua perintah-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya, mengikhlaskan semua bentuk ibadah hanya untuk-Nya, serta kewajiban lainnya yang harus dia tunaikan. Dia juga harus meningkatkan keimanan dan ketakwaanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” [5]
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya ...” [6]
Adapun bagi orang yang tidak terkena bencana, dia harus bersyukur atas kenikmatan yang telah Allah berikan kepadanya, tidak tertimpa musibah sebagaimana yang dialami saudara-saudaranya. Kemudia dia juga harus membantu mereka dengan segala kemampuan yang dia miliki. Seperti mendoakan kebaikan untuk mereka, menyumbangkan harta, pakaian, makanan, minuman dan semisalnya.
Semoga Allah subhanahu wata’ala selalu memberikan penduduk negeri ini keimanan dan keamanan, keislaman dan keselamatan. Aamiin ya rabbal aalamiin.
[1] QS. Al-An’am: 65
[2] HR. Al-Bukhari
[3] QS. Al-Isra: 59
[4] QS. Ghafir: 64
[5] HR. Muslim
[6] QS. Al-Ankabut: 40
[2] HR. Al-Bukhari
[3] QS. Al-Isra: 59
[4] QS. Ghafir: 64
[5] HR. Muslim
[6] QS. Al-Ankabut: 40
_____________________
* Dirangkum oleh Ustadz Agus Purwanto dari naskah khutbah Jum'at Syaikh Abdurrazaq Al-Badr 19-11-1425 هـ.
Sumber : al-badr.net