artikel pilihan


10 TIPS SEPUTAR GADGET SESUAI SYARIAT


Kaum muslimin rahimakumullah, telah dimaklumi di zaman ini hampir seluruh sisi kehidupan kita terkait dengan internet. Berbagai kebutuhan hidup dipenuhi dengannya, mulai jalinan komunikasi via chatting, ikatan pertemanan, ataupun grup terjalin dengan berbagai media dan aplikasi yang menggunakan internet. Demikianlah ketentuan dari Rabb alam semesta yang telah menentukan segalanya, mengandung hikmah syar'iyyah dan kauniyyah pada setiap ketentuan-Nya, hal ini bisa jadi sebagai kenikmatan, sebagaimana dalam firman-Nya,


أَلَمۡ تَرَوۡاْ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَأَسۡبَغَ عَلَيۡكُمۡ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةٗ وَبَاطِنَةٗۗ ٢٠
“Tidakkah kamu memerhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin”. [QS. Luqman: 20]
Namun bisa juga hal ini merupakan ujian bagi kita, sebagaimana yang Ia subhanahu wa ta'ala sebutkan dalam firman-Nya,

وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ٣٥
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” [QS. Al Anbiya : 35]
Maka bagaikan sebilah pedang yang sangat tajam, dengannya kita menebas lawan atau jika kita tidak pandai mengayunkannya maka kita sendirilah yang akan tertebas. Untuk hal itulah berikut ini 10 poin tips dan rambu-rambu dalam etika terhadap internet atau media-media sosial dan semisalnya.


1. Muraqabah

Yaitu senantiasa menyadari dan meyakini bahwa Allah ta'ala selalu mengawasi segala sesuatu.
Allah subhanahu wa ta'ala  berfirman,

إِن تُبۡدُواْ شَيۡ‍ًٔا أَوۡ تُخۡفُوهُ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٗا ٥٤
“Jika kamu menampakkan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. [QS. Al-Ahzab: 54]
Sudah sepatutnya kita senantiasa merasa dan meyakini akan pengawasan Allah subhanahu wa ta'ala Yang Maha Mengetahui segala sesuatu tanpa terkecuali. Keimanan seperti inilah diantara perkara yang bisa membantu seseorang agar bisa mewujudkan keikhlasan dalam amalannya.

Dalam ayat lain Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَخۡفَىٰ عَلَيۡهِ شَيۡءٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ ٥
“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit”. [QS. Ali Imran : 5]
Terkadang ketika seseorang berselancar di dunia maya, seakan-akan dia berada di tempat yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya dirinya sendiri, hingga akhirnya dia berbuat segala yang diinginkan tanpa mengenal batasan-batasan syariat lagi.


2. Hisab

Yaitu keyakinan akan kepastian adanya perhitungan dari seluruh amal perbuatan tanpa terkecuali. Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman untuk menasihati kita semua,

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat Dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat Dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” [QS. Az Zalzalah: 7-8]
Dunia maya/internet dengan segala jenis media sosial itu bisa menjadi salah satu lahan tempat kita beramal. Suatu kepastian adalah kita semua akan mempertanggungjawabkan kelak segala amalan tersebut di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala, jika baik maka baiklah pula yang akan dipetik dan jika buruk maka keburukanlah pula yang akan ditimpakan.

ۗوَإِن تُبۡدُواْ مَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ أَوۡ تُخۡفُوهُ يُحَاسِبۡكُم بِهِ ٱللَّهُۖ ..٢٨٤
“Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu”. [QS. Al Baqarah: 284]
Kaum muslimin rahimakumullah
Dua poin di atas, merupakan landasan yang sangat penting untuk menentukan baik atau tidaknya poin-poin selanjutnya


3. Istifadah

Yaitu menjadikannya sebagai sarana untuk mengambil manfaat dan kebaikan. Hanya ada dua pilihan yang harus dilihat, bermanfaat atau merugikan. Apabila seseorang mendapatkan kejelekan yang lebih sering dan lebih banyak dari internet, maka internet dengan segala bentuknya menjadi haram bagi dirinya, perhatikanlah pengharaman minuman yang memabukkan dan judi, disebutkan bahwa sebabnya adalah karena kejelekannya lebih banyak dari kebaikannya, Allah 
subhanahu wa ta'ala berfirman,

يَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِۖ قُلۡ فِيهِمَآ إِثۡمٞ كَبِيرٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثۡمُهُمَآ أَكۡبَرُ مِن نَّفۡعِهِمَاۗ ..٢١٩
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamr dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Namun, dosanya lebih besar daripada manfaatnya”. [QS. Al Baqarah: 219]

Oleh karena itulah disebutkan dalam kaidah umum, bahwasanya haram hukumnya setiap perkara yang mengandung kejelekan lebih besar daripada kandungan kebaikannya. Dan hal ini bersifat umum, baik pada perkara duniawi apalagi pada perkara keagamaan. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالاَ يَعْنِيهِ

“Diantara tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat bagi dirinya” [HR. Tirmidzi] 

Dan Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu berkata,

إني لأبغض الرجل أراه فارغا لا في أمر دنياه ولا في أمر آخرته
“Sungguh saya sangat benci dengan seseorang yang aku lihat sama sekali tidak ada kegiatannya yang bermanfaat, baik dalam urusan duniawi maupun urusan agamanya!.” [Az-Zuhd Al Kabir, karya Al-Baihaqi]

Dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

مِنْ عَلَامَةِ إِعْرَاضِ اللَّهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَجْعَلَ شُغْلَهُ فِيمَا لَا يَعْنِيهِ
“Diantara tanda Allah ta'ala berpaling dari seorang hamba adalah dengan menjadikannya sibuk pada perkara yang tidak bermanfaat bagi dirinya”. [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam]


4. Memastikan Sesuatu Sebelum Menyebar Tulisan/Posting atau Mengambil Tulisan atau Sekedar Memberi Komentar

Hendaknya kita senantiasa memperhatikan firman Allah ta'ala,

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡ‍ُٔولٗا ٣٦
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggunganjawaban-nya.” [QS. Al Isra': 36]

Maka seorang muslim yang ingin menjaga dengan baik diri dan agamanya, ia tidaklah bermudah-mudahan dalam mengambil, menyebarkan atau mengomentari sesuatu dengan memberi tanda jempol (like) atau bintang yang pada umumnya bermakna persetujuan, ataupun sebaliknya menanggap jelek sesuatu, karena semua itu adalah teranggap sebagai persaksian yang akan diminta pertanggungjawabannya, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

ۚ سَتُكۡتَبُ شَهَٰدَتُهُمۡ وَيُسۡ‍َٔلُونَ ١٩
“Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintakan pertanggungjawaban”. [QS. Az Zukhruf: 19]
Maka hendaknya kita berupaya sebisa mungkin untuk memastikan adanya kemanfaatan bagi kepentingan agama dan kaum muslimin atau pun kepentingan duniawi, baik yang bersifat umum atau juga untuk diri sendiri.


5. Menjaga Batasan-Batasan Pergaulan

Khususnya antara lawan jenis, pria dan wanita yang bukan mahramnya apalagi tidak ada hajat atau keperluan. Meskipun jika ada keperluan maka tetap harus memperhatikan batasan-batasan dalam pergaulan, lihatlah bagaimana nasihat dari firman Allah ta'ala untuk para wanita,

إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّۚ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِي فِي قَلۡبِهِۦ مَرَضٞ وَقُلۡنَ قَوۡلٗا مَّعۡرُوفٗا ٣٢
“Jika kamu bertakwa maka janganlah kamu tunduk (melemahlembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. [QS. Al Ahzab: 32]

Berbagai kerusakan terjadi antara wanita dan pria karena tidak lagi memperhatikan batas-batas pergaulan ini khususnya dalam pembicaraan atau chatting, kata seorang penyair:

إن الكلام لفي الفؤاد وإنما
جعل اللسان على الفؤاد دليلا
“Sesungguhnya sumber pembicaraan itu ada di dalam hati”“Dan hanyalah lisan itu terucap darinya apa yang ada di dalam hati”
Demikian juga harus tetap memperhatikan hak orang lain, menjaga kehormatan dan menghargai orang lain, postingan atau chatting atau dengan istilah lainnya, hendaknya dihiasi dengan nilai-nilai ketakwaan dan kebaikan, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا تَنَٰجَيۡتُمۡ فَلَا تَتَنَٰجَوۡاْ بِٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِ وَمَعۡصِيَتِ ٱلرَّسُولِ وَتَنَٰجَوۡاْ بِٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِيٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٩ إِنَّمَا ٱلنَّجۡوَىٰ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ لِيَحۡزُنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَيۡسَ بِضَآرِّهِمۡ شَيۡ‍ًٔا إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١٠
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan, berbuat durhaka kepada Rasul. Namun, bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan kembali. Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedangkan (pembicaraan) itu tidaklah memberi bencana sedikitpun kepada mereka kecuali dengan izin Allah. Dan kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal”. [QS. Al Mujadilah: 9-10]


6. Tidak Bermudah-Mudahan Untuk Mengikuti Sesuatu dan Juga Tidak Pula Asal Sekedar Mencari Pengikut

Terkadang hanya karena ada suatu topik yang sedang tren lalu dengan mudah diikuti, atau juga sengaja mengangkat suatu topik agar banyak yang mengikuti atau yang biasa dikenal dengan istilah followers, hendaknya hal ini benar-benar dipastikan di atas kebaikan dengan timbangan ilmu syar'i, Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu menasihati kita,

إِنَّهَا سَتَكُونُ هَنَاتٌ وَأُمُورٌ مُشْتبِهَاتٌ, فَعَلَيْكَ بِالتُّؤَدَةِ ، فَتَكُونُ تَابِعًا فِي الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَكُونَ رَأْسًا فِي الشَّرِّ
“Kelak akan ada masa yang penuh dengan kerusakan dan banyaknya kesamaran, harus bagimu untuk bersikap tidak tergesa-gesa, jika engkau sekedar menjadi pengikut kebaikan maka itu lebih baik daripada engkau menjadi panutan dalam kejelekan”. [Al-Ibanah, Karya Ibnu Baththah]

7. Jadikan Sebagai Wasilah (Sarana) Kepada Kebaikan

Tidaklah diragukan semua media tersebut masuk dalam pembahasan wasilah, dan dalam kaidah umum disebutkan oleh para Ulama,

الوسائل لها أحكام المقاصد
“Wasilah (sarana) itu dihukumi sesuai dengan tujuan-tujuannya”.
Maka jadikanlah tujuan dari itu semua untuk kebaikan, sebab akan terlarang hukumnya berbagai media tersebut jika dijadikan sebagai wasilah untuk kejelekan.

Jadikanlah gadget sebagai wasilah (sarana) untuk menebar kalam yang indah dari Al-Qur’an Al-Karim, Sunnah Nabawiyyah, ucapan-ucapan mutiara dari kalangan salafush shalih, aqidah shahihah, permasalahan fikih ibadah, dan seterusnya dari kebaikan-kebaikan.

8. Jangan Sampai Terlalaikan

Allah ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ٩
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” [QS. Al Munafiqun: 9]

Betapa banyak media sosial yang telah melalaikan seseorang dari kewajiban dan amanah yang ada di pundaknya dari hak-hak Allah ta'ala, berupa kewajiban untuk belajar agama dan mendalami ilmu agama pada aqidahnya dan fikih ibadahnya, shalat, dan yang lainnya?! 
Betapa banyak yang terlalaikan dari tangisan anak-anaknya?! 
Betapa banyak hak para suami atau istri yang terlalaikan?! 
Hal-hal ini terjadi hanya karena sibuk chatting dan browsing!


9. Menjadikannya Sebagai Lahan Untuk Mengumpulkan Kebaikan Sebanyak-Banyaknya

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memotivasi kita untuk merebut kebaikan sebanyak-banyaknya, khususnya dengan menjadi sebab kebaikan yang diikuti,

مَن سَنَّ سنَّةً حَسَنَةً في اْلِإسْلَامِ كَانَ لَه أَجْرهَا وَأجْرُ مَنْ عَمَلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئاً
“Barangsiapa yang memberi tauladan dalam Islam ini suatu kebaikan maka baginya pahala, dan juga pahala setiap orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka” [H.R Imam Muslim]

Dan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah memperingatkan kita,

وَمَنْ سَنَّ سنَّةً سَيِّئَةً في الإسْلاَمِ كَانَ لَه وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَملَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أوْزَارِهِمْ شَيْئاً
“Barangsiapa yang memberi tauladan dalam Islam ini suatu kejelekan maka baginya dosa, dan juga dosa setiap orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka”. [HR. Muslim]

10. Ikhlaskan Seluruh Amalan Hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala Semata

Jagalah keikhlasan untuk mendapatkan kemuliaan negeri akhirat, dan ingatlah bahwa media sosial yang ada di gadget itu bukanlah ajang untuk pamer amal ibadah, terkadang status akun pribadi selalu diupdate hanya untuk menampilkan diri sedang beramal dan beribadah agar disanjung dan dipuji. 
Inilah bentuk riya' yang sangat dikhawatirkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan menimpa umat beliau karena bisa merusak amalan dan menjadikannya sia-sia di negeri akhirat kelak.
Oleh karena itulah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُونَ لَهُ خِبْءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ
“Barangsiapa yang bisa untuk merahasiakan amalan shalihnya maka hendaknya ia lakukan”. [Diriwayatkan Al-Khatib dalam At-Tarikh, dan dishahihkan Al Albani]
Dengan berupaya untuk menyembunyikan amalan itu akan lebih mudah menghindari dari riya dan ujub. Dahulu para Salafush Shalih senantiasa berusaha menyembunyikan amalan ibadah mereka dari manusia, Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, 
“Selayaknya seorang alim itu memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.” 
Disebutkan bahwa Ayyub As-Sikhtiyani rahimahullah pernah pura-pura mengusap wajahnya, lalu ia berkata, “Aku mungkin sedang pilek berat.” padahal ia tidak pilek, namun ia hanya ingin menyembunyikan tangisannya. 

Begitu juga Abu As-Sa’ib rahimahullah tatkala ingin menangis ketika mendengar bacaan Al-Qur’an atau hadits, ia pun pura-pura menyembunyikan tangisannya di hadapan orang lain dengan sambil tersenyum [Ta’thirul Anfas].

Lihatlah para Salafush Shalih, mereka justru berusaha agar tidak diketahui orang lain amal ibadahnya, bukan dengan sengaja ditampakkan kepada yang lainnya untuk mendapatkan pujian dan sanjungan, falaa haulaa walaa quwwata illah billah

Oleh karena itulah, imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata:

مَا نظر الْمرَائِي إِلَى الْخلق بِعِلْمِهِ إِلَّا لجهله بعظمة الْخَالِق
“Tidaklah seseorang yang ingin dilihat itu mencari perhatian makhluk, melainkan disebabkan kejahilan dirinya akan keagungan Sang Khaliq”. [Kalimatul Ikhlash Wa Tahqiqu Ma’naaha]
Kaum muslimin rahimakumullah, Demikianlah 10 tips yang walaupun masih terdapat banyak rincian lebih jauh dalam masalah ini, namun yang sedikit ini mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua, agar kita tidak hanyut dalam derasnya arus kemajuan media teknologi, dengan tetap berupaya kokoh di atas agama, tata krama, etika, sopan santun, dan adab yang mulia dari tuntunan Agama yang penuh dengan keindahan dan kemuliaan.

Nasihat yang sangat indah dari Abu Hazim rahimahullah untuk kita semua,

وكل نعمة لا تقرب من الله فهي بلية
“Semua anugrah yang tidak bisa membuat semakin dekat kepada Allah, maka hal itu merupakan bencana”. [Asy-Syukr, karya Ibnu Abid-Dunya]

Wallahu ‘alam.
Jadikan gadgetmu hebat dan bermanfaat sesuai syari’at!
Akhukum,




------------------------------------------------

Ditulis Oleh Ustadz Hudzaifah Bin Muhammad
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

adv/http://halaqah.tauhid.or.id/|

Artikel Pilihan

artikel pilihan/carousel

Arsip Artikel Per Bulan



Facebook

fb/https://www.facebook.com/Tauhid.or.id



Kids

Konten khusus anak & download e-book




Course