artikel pilihan


HUJAN NIKMAT ALLAH YANG SERING DIKUFURI



Ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwasanya Allah ta'ala telah memberikan nikmat atas hamba-Nya dengan kenikmatan yang tidak bisa terhitung jumlahnya. Oleh karena itu Allah subhanahu wa ta'ala mengingatkan hamba-Nya dalam banyak tempat dalam firman-Nya, diantaranya :
Dalam surat An-Nahl : 18
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia itu lemah untuk bisa menghitung nikmat-Nya. Lebih dari itu, juga lemah untuk bisa mensyukuri masing-masing nikmat-Nya.
Dalam Surat Ibrahim ayat 34 Allah ta'ala berfirman :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Ayat ini juga menunjukkan bahwa tabi'at kebanyakan manusia adalah dzalim, berani bermaksiat, dan meremehkan hak-hak Allah, mengkufuri nikmat-Nya. Tidaklah mensyukuri dan tidak mengakui nikmat dari-Nya kecuali orang-orang yang telah Allah berikan hidayah (petunjuk)-Nya.

Para pembaca yang dirahmati Allah,
Sesungguhnya Allah ta'ala meridhoi hamba-hamba-Nya yang bersyukur dan yang mengibadahi-Nya dengan mentauhidkan-Nya sebagaimana firman-Nya :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.“(QS. Al-Baqarah : 152)

Dan jika kita mensyukuri nikmat Allah ta'ala, niscaya Dia akan menambah keutamaan bagi kita dari-Nya, dan akan membiarkan kenikmatan senantiasa bersama kita sebagaimana pepatah Arab :
النعمة إذا شكرت قرت وإذا كفرت فرت
Kenikmatan itu jika disyukuri akan menetap (tinggal lengket bersamanya), dan jika dikufuri (tidak disyukuri) akan lari (darinya).
Juga sebagaimana firman-Nya :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.“(QS. Ibrahim : 7)

Dan Allah ta'ala tidak akan merubah nikmat suatu kaum hingga kaum tersebut berusaha untuk merubahnya sebagaimana firman-Nya :
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“(QS. Al-Anfal : 53)

Para pembaca yang dirahmati Allah, Nikmat itu disyukuri, bukanlah dikufuri.
Bahkan bagi mereka yang tidak bisa mensyukuri nikmat-Nya, Allah ta'ala akan menggantikan nikmat (نعمة) mereka menjadi niqmat (نقمة) yaitu balasan atau adzab. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
ألَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ – جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekufuran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman”.(QS. Ibrahim : 28-29)


Kapan Dikatakan Seseorang Itu Sudah Bersyukur ?

Ketahuilah, bahwa syukur itu ada rukun-rukunnya yang harus kita datangi,
🎙Sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullah :
الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة

[مدارج السالكين 2/ 244 ]
“Syukur adalah penampakan atsar (pengaruh yang membekas) dari kenikmatan-Nya Allah ;
1. Melalui lisan hamba-Nya dengan memuji dan mengakui (nikmat-Nya),
2. Melalui hatinya dengan bersaksi dan mencintai (nikmat dari-Nya),
3. Melalui anggota badannya dengan tunduk dan taat (atas perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya).“(Madarijus Salikin 2/244)

Termasuk nikmat Allah ta'ala yang patut disyukuri adalah rizqi-Nya dari langit yang berupa hujan. Dan hujan dikategorikan sebagai rizqi sebagaimana firman-Nya :


وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
 “Dan pada pergantian malam dan siang dan apa yang diturunkan Allah dari langit dari rizqi (hujan) lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal“.(QS. Al-Jasiyah : 5)

Bagaimana tidak, hujan itu merupakan nikmat, memberikan banyak manfaat, baik bagi bumi, tanaman, hewan dan bahkan manusia. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
{وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ}
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan (banyak manfaatnya) lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.”(QS. Qaaf: 9)
Turunnya hujan adalah kebahagian bagi manusia, terlebih hal itu sangat terasa setelah manusia merasakan musim kemarau. Dalam firman-Nya :
{الله الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ}
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira“.(QS. Ar-Ruum : 48)
Sangat disesalkan manusia di zaman kita sekarang terjatuh dalam beberapa perkara yang fatal terkait dengan hujan ;


1. Mencaci Hujan dan Angin

Padahal hujan dan angin adalah ciptaan-Nya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
”Allah ’azza wa jalla berfirman : Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.”(HR. Muslim no. 6000)
Hujan pun ada waktunya dan musimnya, maka jangan dicela. Dari 'Ubay Bin Ka'ab radhiallahu anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
لا تسبوا الريح، فإذا رأيتم ما تكرهون فقولوا: اللهم إنا نسألك من خير هذه الريح، وخير ما فيها، وخير ما أمرت به، ونعوذ بك من شر هذه الريح، وشر ما فيها، وشر ما أمرت به
“Jangan kalian mencela angin. Jika kalian melihat (pada angin) sesuatu yang tidak kalian sukai maka ucapkanlah doa (yang artinya) : “Ya Allah, Sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dari kebaikan angin ini dan kebaikan apa yang ada padanya dan kebaikan apa yang Engkau perintahkan kepada angin tersebut. Dan kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin ini dan dari kejelekan apa yang ada padanya dan dari kejelekan apa yang Engkau perintahkan kepadanya“.

(Hadits ini dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Syeikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad dan Syeikh Al-Albany dalam Shohibun Nahj).


2. Menisbahkan Turunnya Hujan pada Bintang-Bintang

Yaitu menyandarkan turunnya hujan kepada selain Allah 'azza wa jalla.
Jika penisbahan (penyandaran) hujan itu diyakini nisbatul 'ijad ; yaitu yang menciptakan hujan adalah selain Allah, atau Allah dan sekutunya maka yang demikian adalah terjatuh dalam syirik besar. Akan tetapi jika menisbahkan (menyandarkan) nisbatul sabab yaitu turunnya hujan karena sebab bintang ini dan itu misalnya ; maka dia telah terjatuh dalam syirik kecil.

Dari Zaid Bin Tsabit radhiallahu anhu berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
قال: أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر ، فأما من قال : مطرنا بفضل الله ورحمته ، فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب ، وأما من قال : مطرنا بنوء كذا وكذا ، فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب
“Allah berfirman: Pada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang-orang yang mengatakan: Kami diberi hujandengan sebab keutamaan dari Allah dan rahmat-Nya, maka dia telah beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Dan adapun orang yang mengatakan: Kami diberikan hujan dengan sebab bintang ini dan bintang itu, maka dia telahkafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”(Hadits dikeluarkan Al-Bukhari dalam kitab Al-Adzan 8460 dan Muslim dalam Al-Iman 125)

3. Menangkal Hujan dengan Berbagai cara Termasuk Melalui Pawang Hujan

Demikian yang sering kita dapati dalam kenyataan pada acara pernikahan dengan bantuan pawang hujan beserta kemenyan-nya. Tidak lah hal ini terlepas dengan permintaan bantuan (Isti'anah) dengan Jin.
Dan isti'anah adalah termasuk ibadah, dan perihal ibadah tidaklah boleh dipalingkan kepada selain Allah ta'ala.


4. Berkeluh Kesah dengan Hujan dan Angin

Demikianlah bentuk kecacatan dan ketidaksempurnaan seseorang terkait syukurnya atas nikmat-Nya.

  • Para Pedagang berkata : “Hujan terus ! Hujan hujan ! Bikin hilang rizqi terhambat dan pelanggan sedikit ?
  • Para Pemilik Mobil berkata : “Malang Nasibku ! Mobil sudah dicuci, hujan lagi !“
  • Para Pegawai Kantor berkata : “Gara-gara hujan bikin hambat kerjaku, bikin bajuku kotor, lumpur kotori sepatuku, dst.“

Maka ini semua adalah termasuk prasangka buruk dan akhlak buruk kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Telah dibuat satu bab dalam Kitab At-Tauhid :
باب لا يظن بالله ظن السوء إلا المنافقون والمشركون، ولا يسلم من ذلك إلا من عرّف الله وأسمائه وصفاته
“Bab tidaklah seseorang berprasangka kepada Allah dengan prasangka buruk kecuali para munafiq, para musyrik, dan tidaklah selamat dari hal demikian kecuali orang yang benar-benar tahu Allah, nama-nama Nya dan sifat-sifat Nya“
Telah datang dari Jabir radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لا يموتن أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله
“Janganlah seseorang dari kalian itu meninggal kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah“.(HR. Muslim)

Allah ta'ala berfirman :
{ويعذب المنافقـين والمنافقـات والمشركـين والمشركـات الظانين بالله ظن السوء}
“Dan Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah“.(QS. Al-Fath : 6)

Hal di atas juga terjadi karena kejahilan (kebodohan) manusia dan atau tidak adanya pembekalan diri mereka dengan ilmu dien, kurangnya kesabaran dan rasa syukur.

Ketahuilah, bahwa Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan hujan karena rahmat (kasih sayang) Nya atas hamba Nya, tanpa membutuhkan imbalan balasan dari hamba-hamba Nya.
Tapi terkadang Allah jadikan angin, air hujan, dan air di bumi untuk mengadzab hamba-Nya, seperti kaum terdahulu ;
1. Ditenggelamkannya Kaum Nuh 'Alaihis Salam.
(Lihat QS. Al-Qamar : 8-12)
2. Kaum 'Aad, yang mereka mengira hujan yang akan datang, ternyata suara angin yang kencang, hembusan angin yang kuat lagi dingin.
(Lihat QS. Al-Ahqaf : 24-25)
3. Kaum Luth ; Telah diturunkan hujan bagi mereka dengan batu-batuan (dari tanah) dari langit dunia (dan ada yang berpendapat dari neraka, wallahu a'lam).
4. Fir'aun dan Kaumnya telah ditenggelamkan di laut.
5. Kaum Saba' ; Allah subhanahu wa ta'ala kirimkan banjir bandang yang sangat besar bagi mereka tatkala mereka telah berpaling dari Allah Ta'ala.
Oleh karena itu Allah ta'ala berfirman : 
{فكلا أخذنا بذنبه , فمنهم من أرسلنا عليه حاصبا ومنهم من أخذته الصيحة ومنهم من خسفنا به الأرض ومنهم من أغرقنا , وما كان الله ليظلمهم ولكن كانوا أنفسهم يظلمون}
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”.(QS. Al-'Ankabut : 40)


SEPUTAR HUKUM DAN TATA CARA TERKAIT HUJAN

1. Mengeluarkan bagian anggota tubuhnya (selain auratnya) untuk dikenakan air hujan di awal permulaan turunnya hujan, seperti kepalanya, tangannya, dan selainnya.

Sebagaimana hadits yang shahih dari Anas bin Malik radhiallahu anhu :
قَالَ أَنَسٌ أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَطَرٌ قَالَ فَحَسَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثَوْبَهُ حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ. فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا قَالَ : لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى 
Anas Radhiallahu’anhu berkata : “Suatu saat, hujan turun ketika kami bersama Nabi Shallallahu’alaihiwasallam, maka beliau membuka pakaiannya sehingga terkena air hujan.Kami bertanya :“Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan hal itu?”Beliau menjawab :“Karena air hujan ini masih baru datang dari Rabbnya”.(HR. Muslim)

2. Berdoa dikala hujan turun.Sebagaimana doa dalam hadist : 
اللهم صيبا نافعا
“Yaa Allah (jadikan hujan ini) hujan bermanfaat.”(HR. Al-Bukhari)

Jika hujan deras dan khawatir bahaya darinya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dan berdoa :
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺣَﻮَﺍﻟَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻻَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ، ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻵﻛَﺎﻡِ ﻭَﺍﻟﻈِّﺮَﺍﺏِ، ﻭَﺑُﻄُﻮﻥِ ﺍﻷَﻭْﺩِﻳَﺔِ، ﻭَﻣَﻨَﺎﺑِﺖِ ﺍﻟﺸَّﺠَﺮِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan atas kami ! Ya Allah, turunkanlah hujan pada dataran tinggi, perbukitan, perut-perut lembah dan tempat-tempat tumbuhnya tanaman.”(HR. Shahihain)

Hadits ini menunjukkan bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak berdoa untuk meminta hujan mutlak berhenti, akan tetapi beliau mengajarkan kepada kita dengan doa ini untuk mengalihkan hujan ke tempat yang lain, seperti perut lembah, dan tempat tumbuhnya tanaman, sehingga memungkinkan manfaat untuk tanaman itu sendiri dan kita tercegah dari erosi atau banjir karena tahanan akar tanaman.

3. Berdoa ketika mendengar petir.

 Membaca doa sebagaimana dalam hadits :
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﺍﻟﺮَّﻋْﺪُ ﺑِﺤَﻤِﺪِﻩِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﻣِﻦْ ﺧِﻴْﻔَﺘِﻪِ
“Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepadaNya.”(HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Az-Zubair dalam Al-Adab Al-Mufrad)
4. Berdoa setelah hujan reda atau berhenti.

Sebagaimana Beliau ajarkan doa :
ﻣُﻄِﺮْﻧَﺎ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺘِﻪِ
“Telah diturunkan hujan kepada kami dengan karunia dan rahmat Allah Ta'ala”.(Hadits Muttafaqun 'Alaih)

Jangan seperti kebiasaan orang yang musyrik, seperti doa mereka setelah hujan :
مطرنا بنوء كذا وكذا
“Telah diturunkan hujan kepada kami karena bintang (fulan) ini dan itu.”
5. Dan berdoa ketika ada angin yang kencang ;
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﻣَﺎ ﻓﻴْﻬَﺎ ، ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﺖَ ﺑِﻪِ ، ﻭَﺃَﻋُﻮْﺫُﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺷَﺮِّﻫَﺎ ، ﻭَﺷَﺮِّ ﻣَﺎ ﻓِﻴْﻬَﺎ ، ﻭَﺷَﺮِّ ﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﺖَ ﺑِﻪِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan yang ada padanya, dan kebaikan apa yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya, dan kejelekan yang ada padanya, dan kejelekan apa yang dibawanya.”(HR. Muslim dari 'Aisyah radhiallahu anha)

6. Disyariatkan ketika hujan bagi Muadzin untuk mengucapkan setelah adzan atau setelah hai'alatain, atau bisa menggantikan keduanya dengan ;
((صلوا في رحالكم)) atau ((صلوا في بيوتكم))
Syariat ini yaitu mengambil keringanan dari Allah ta'ala untuk tidak shalat di masjid berjama'ah ketika hujan merupakan rahmah (kasih sayang) dari Allah ta'ala, yaitu dikhawatirkan bagi hamba-Nya bahaya dalam perjalanan menuju masjid.


7. Hukum zakat terkait hujan.

Sebagaimana hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :
فِيْمَا سَقَتِ السَّمَاءُ وَالْعُيُوْنُ، أَوْ كَانَ عَثَريّاً : الْعُشُرُ، وَمَا سُقِيَ باِلنَّضْحِ: نِصْفُ الْعُشُرِ
“Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang menggunakan penyerapan akar ('Atsariyan) diambil sepersepuluh dan yang disirami dengan penyiraman maka diambil seperduapuluh”.(HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu)

8. Diperbolehkan berteduh dari air hujan di tempat teduhan hak milik orang lain walaupun tanpa seiijinnya.

9. Diperbolehkan syariat dengan menjama' (mengumpulkan) dua shalat fardhu sebagai bentuk rukhsoh (keringanan) dari Allah ta'ala.

اللهم إني أعوذبك من زوال نعمتك،وتحول عافيتك، وفجأة نقمتك، وجميع سخطك
وفقنا الله وإياكم لما يحب ويرضى.
والحمدلله رب العالمين





------------------------------------------------


Ditulis Oleh Ustadz Abdurrahman Dani
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

adv/http://halaqah.tauhid.or.id/|

Artikel Pilihan

artikel pilihan/carousel

Arsip Artikel Per Bulan



Facebook

fb/https://www.facebook.com/Tauhid.or.id



Kids

Konten khusus anak & download e-book




Course