artikel pilihan


SIKAP SEORANG MUSLIM DALAM MENGHADAPI BENCANA


Sering kita jumpai berbagai bencana serta kerusakan di muka bumi ini, baik di darat maupun di laut. Seperti banijr bandang, gempa bumi, tsunami, terpuruknya perekonomian dan berbagai macam bencana yang lain. Akan tetapi pernahkah kita berfikir tentang penyebab sebenarnya dari semua bencana itu?

Banyak orang yang mengira bahwa semua kejadian tersebut merupakan kejadian alam semata, bahkan menganggapnya sebagai hal yang wajar, atau lemahnya pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi. Ini semua membuktikan lemahnya pengetahuan mereka terhadap ilmu agama.

Adapun seorang mukmin, maka dia meyakini bahwa semua yang dia dapatkan berupa kebaikan maka itu datangnya dari Allah subhanahu wata’ala yang harus disyukuri dan memanfaatkannya dengan baik. Supaya kenikmatan tersebut selalu ada dan terus bertambah. Jangan sampai kenikmatan malah berubah menjadi malapetaka. Allah ‘azza wajalla berfirman,


وَمَا بِكُم مِّن نِّعۡمَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فَإِلَيۡهِ تَجۡ‍َٔرُونَ ٥٣
Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.”1
Allah ‘azza wajalla juga berfirman dalam ayat lain,


وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧
Dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengumumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azabku sangat berat.”2
Sedangkan apa saja yang menimpa dirinya berupa kejelekan disebabkan karena ulahnya sendiri. Allah jalla jalaluh berfirman,


مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَۚ
Kebajikan apapun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apapun yang menimpamu itu dari (kesalahan) dirimu sendiri...”3
Selaras dengan ayat diatas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ الله، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلَا نَفْسَه
... Maka, barang siapa yang mendapatkan kebaikan hendaknya dia memuji Allah, dan barang siapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah mencela kecuali dirinya sendiri.”4


AMBIL PELAJARAN DARI MEREKA!

Agama islam telah menjelaskan kepada pemeluknya perihal solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Di antaranya adalah mempelajari sejarah peradaban umat manusia zaman dahulu. Kita bisa mengambil pelajaran dari mereka, memikirkan keadaan mereka, merenungi sebab-sebab kejayaan atau kebinasaan mereka.

Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk mencermati apa yang terjadi pada umat-umat yang terdahulu. Bagaimana keadaan mereka ketika mereka menyelisihi perintah Allah? Dan apa yang terjadi ketika mereka menyelisihi para Rasul? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِكُمۡ سُنَنٞ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ١٣٧ هَٰذَا بَيَانٞ لِّلنَّاسِ وَهُدٗى وَمَوۡعِظَةٞ لِّلۡمُتَّقِينَ ١٣٨
Sungguh telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” 5
Banyak bangunan bersejarah yang menunjukkan besarnya kekuasaan Allah yang masih ada sampai sekarang. Kita diperintahkan untuk merenungi dan mengambil pelajaran dari kejadian yang mereka alami. Bukan hanya menjadikan bekas bangunan mereka sebagai tempat wisata atau bahan penelitian. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلُۚ كَانَ أَكۡثَرُهُم مُّشۡرِكِينَ ٤٢
Katakanlah (Muhammad), “Berjalanlah kamu di muka bumi, lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah.”6
Allah juga berfirman,


أَلَمۡ يَأۡتِهِمۡ نَبَأُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ قَوۡمِ نُوحٖ وَعَادٖ وَثَمُودَ وَقَوۡمِ إِبۡرَٰهِيمَ وَأَصۡحَٰبِ مَدۡيَنَ وَٱلۡمُؤۡتَفِكَٰتِۚ أَتَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِۖ فَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ٧٠
Apakah tidak sampai kepada mereka berita (tentang) orang-orang yang sebelum mereka, yaitu kaum Nuh, ‘Ad, tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata; Allah tidak menzhalimi mereka, tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri.”7
Sudahkah kita merenungi kejadian mereka? Pernahkah kita mengambil pelajaran dari kisah mereka?




UCAPAN PARA ULAMA

Imam Ibnul Qayyim rehimahullah berkata, “Diantara pengaruh buruk dari dosa dan maksiat adalah menyebabkan berbagai kerusakan di muka bumi. Seperti kerusakan pada air, udara, pertanian dan tempat tinggal." Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”8
Beliau juga berkata, “Setiap kali mereka melakukan perbuatan dosa maka Allah subhanahu wata’ala akan memberikan mereka hukuman... Dan diantara pengaruh buruk dari maksiat adalah terjadinya likuifaksi9 tanah (tanah ‘ambles’) serta gempa. Itu semua bisa diatasi dengan meninggalkan dosa.”10

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rehimahullah berkata, “Setiap kali terjadi gempa bumi atau yang semisalnya, penyebabnya adalah kesyirikan dan maksiat. Sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wata’ala, “Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan yang banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”11

Allah juga berfirman tentang umat-umat yang terdahulu,


فَكُلًّا أَخَذۡنَا بِذَنۢبِهِۦۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ أَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِ حَاصِبٗا وَمِنۡهُم مَّنۡ أَخَذَتۡهُ ٱلصَّيۡحَةُ وَمِنۡهُم مَّنۡ خَسَفۡنَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ وَمِنۡهُم مَّنۡ أَغۡرَقۡنَاۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ٤٠
Dan masing-masing (mereka itu) kami azab karena dosa-dosanya, diantara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang kami tenggelamkan (ke dalam laut). Allah sama sekali tidak hendak menzhalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri.”12
Maka hal yang harus dilakukan ketika terjadi gempa atau yang lainnya yang merupakan tanda kekuasaan Allah, seperti gerhana, angin yang sangat kencang, dan banjir adalah segera bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala, tunduk kepada-Nya, meminta keselamatan, memperbanyak dzikir dan mohon ampun kepada-Nya.13




UJIAN ATAU AZAB?

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz pernah ditanya, “Apabila seseorang timpa rasa sakit atau suatu hal yang buruk pada diri maupun hartanya, maka bagaimana hal itu bisa diketahui sebagai ujian atau bentuk kemurkaan dari Allah?”

Beliau menjawab, “Ada beberapa kemungkinan. Seorang mukmin itu bersikap layaknya dokter ataupun musuh bagi dirinya (ungkapan untuk selalu merasa memiliki penyakit, kesalahan serta kekurangan layaknya pandangan seorang dokter terhadap pasiennya atau pandangan seseorang terhadap musuhnya -pen).

Allah ‘azza wajalla menguji hambanya dengan kebahagiaan, kesusahan, kesempitan, dan kelonggaran. Terkadang Dia menguji mereka dengan hal-hal itu untuk mengangkat derajat, meninggikan, serta melipatgandakan pahala mereka. Sebagaimana yang terjadi pada para Nabi dan Rasul ‘alaihim ash-sholatu wassalam, begitu juga yang terjadi pada hamba-hamba-Nya yang shalih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya.”14

Dan terkadang musibah itu terjadi dikarenakan maksiat dan dosa. Maka hal ini adalah hukuman yang yang disegerakan. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, “Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan yang banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”

Pada umumnya, apa yang menimpa seseorang yang kurang ibadahnya dan tidak melaksanakan kewajiban maka disebabkan karena dosanya dan minimnya dia dalam melaksanakan perintah Allah.”15



HARUS BAGAIMANA?

Sikap yang diambil oleh seorang muslim dalam menghadapi musibah adalah selalu merendah diri, introspeksi diri, dan merasa banyak kekurangan. Kemudian dia bertaubat kepada Allah dan memperbanyak istighfar. Allah ‘azza wajalla berfirman,


وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ ٣٣
Dan Allah tidak akan mengazab mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah mengazab mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.”16
Kemudian hal yang bisa dilakukan oleh seorang muslim adalah melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan cara yang benar dan penuh hikmah. Karena kalau maksiat sudah merajalela di sebuah daerah maka yang terkena musibah bukan hanya pelaku dosa saja, melainkan semua orang yang berada di daerah tersebut. Allah ‘azza wajalla berfirman,


وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaannya.”17
Kemudian bersabar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, maka ia bersyukur. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar.”18


____________________________________
Rujukan : 
1. QS. An-Nahl: 53
2. QS. Ibrahim: 7
3. QS. An-Nisa: 79
4. HR. Muslim no. 4674
5. QS. Ali Imran: 137-138
6. QS. Ar-Rum: 42
7. QS. At-Taubah: 70
8. Ad-Daa’ Wad-Dawaa’ hal. 64
9. Pencairan tanah atau likuifaksi tanah adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan akibat adanya tegangan, misal getaran gempa bumi atau perubahan tegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat. Sumber: www.wikipedia.org
10. Ad-Daa’ Wad-Dawaa’ hal. 65
11. QS. Asy-Syura: 30
12. QS. Al-Ankabut: 40
13. Majmu’ Fatawa Ibn Baz, juz 9 hal. 149
14. HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Berkata Syaikh Al-Albani, “Hasan shahih”
15. www.binbaz.org
16. QS. Al-Anfal: 33
17. QS. Al-Anfal: 25
18. HR. Muslim, no. 2999



_________________________

Ditulis Oleh Ustadz Agus Purwanto
PROFIL PENULIS | LIHAT TULISAN LAIN



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

adv/http://halaqah.tauhid.or.id/|

Artikel Pilihan

artikel pilihan/carousel

Arsip Artikel Per Bulan



Facebook

fb/https://www.facebook.com/Tauhid.or.id



Kids

Konten khusus anak & download e-book




Course