Syarah Sittah Mawadhi’ Minas Sirah
Syarah oleh: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan
Pengantar redaksi Tauhid.or.id:
Buku "Enam Pelajaran Paling Berharga dari Sirah Nabawiyah" ditulis oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi rahimahullah. Keistimewaan kitab ini adalah pembahasan masalah aqidah dan tauhid dari sisi perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ. Syarah kitab yang ditulis oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan حَفِظَهُ اللهُ ini adalah buku pertama dari project penerjemahan oleh tim bersama dengan alumni & mahasiswa LIPIA Jakarta dan إن شاء الله akan hadir dalam format e-book.
Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya #2 | MEMETIK PELAJARAN AQIDAH DARI SIRAH NABAWIYAH: Peristiwa Pertama: Kisah Turunnya Wahyu (Bag. 1)
**********
Buku "Enam Pelajaran Paling Berharga dari Sirah Nabawiyah" ditulis oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi rahimahullah. Keistimewaan kitab ini adalah pembahasan masalah aqidah dan tauhid dari sisi perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ. Syarah kitab yang ditulis oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan حَفِظَهُ اللهُ ini adalah buku pertama dari project penerjemahan oleh tim bersama dengan alumni & mahasiswa LIPIA Jakarta dan إن شاء الله akan hadir dalam format e-book.
Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya #2 | MEMETIK PELAJARAN AQIDAH DARI SIRAH NABAWIYAH: Peristiwa Pertama: Kisah Turunnya Wahyu (Bag. 1)
**********
Matan
Allah subhanahu
wa ta’ala juga berfirman,
إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا
الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
"Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan
sebagai pelindung (mereka) selain Allah, dan
mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.”
>>Syarah
Bagaimana mereka bisa menjadikan setan-satan itu sebagai pelindung selain
Allah,
padahal mereka bertaqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah dengan orang-orang shalih seperti Isa, Uzair dan para malaikat? Ya, mereka menjadikan setan-setan itu sebagai pelindung.
Karena orang-orang shalih itu tidak meridhai hal tersebut, serta tidak meyuruh mereka untuk melakukannya. Akan tetapi setan lah yang
menyuruh mereka untuk melakukannya. Setan-setan itulah yang menyuruh mereka
untuk menyembah Al-Masih, para malaikat, Uzair dan yang lainnya dari kalangan
para nabi dan orang-orang shalih. Jadi pada hakikatnya mereka menyembah setan, karena mereka menaatinya ketika diperintah untuk beribadah kepada
orang-orang shalih tersebut.
﴿وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ
مُهْتَدُونَ﴾
“dan mereka mengira bahwa
mereka mendapat petunjuk.” [1]
Mereka
mengira inilah petunjuk dan jalan kebaikan serta keshalihan.
Oleh karena itulah Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَيَوۡمَ
يَحۡشُرُهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَقُولُ ءَأَنتُمۡ أَضۡلَلۡتُمۡ
عِبَادِي هَٰٓؤُلَآءِ أَمۡ هُمۡ ضَلُّواْ ٱلسَّبِيلَ ١٧ قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ مَا
كَانَ يَنۢبَغِي لَنَآ أَن نَّتَّخِذَ مِن دُونِكَ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ وَلَٰكِن مَّتَّعۡتَهُمۡ
وَءَابَآءَهُمۡ حَتَّىٰ نَسُواْ ٱلذِّكۡرَ وَكَانُواْ قَوۡمَۢا بُورٗا ١٨
"Dan (ingatlah) suatu
hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka beserta apa
yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah), “Apakah kamu yang
menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan
(yang benar)?”
Mereka (yang disembah
itu) menjawab, “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain
engkau (untuk menjadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan nenek
moyang mereka kenikmatan hidup, sampai mereka melupakan peringatan; dan mereka
adalah kaum yang binasa.” [2]
Allah subhanahu wata’ala juga
berfirman,
﴿ وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا
ثُمَّ يَقُولُ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ أَهَٰٓؤُلَآءِ إِيَّاكُمۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٤٠
قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ...﴾
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah
mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu
menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab, "Mahasuci Engkau ...” [3]
Para malaikat itu mensucikan
Allah subhanahu wata’ala dari penyembahan kepada selain-Nya bersama-Nya.
﴿ ... وَلِيُّنَا مِن دُونِهِمۖ بَلۡ
كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٱلۡجِنَّۖ أَكۡثَرُهُم بِهِم مُّؤۡمِنُونَ ٤١ ﴾
“Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah
jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” [4]
Para malaikat pun berlepas diri dari orang-orang
musyrikin, dan mengabarkan bahwa mereka tidak memerintahkan orang-orang itu
untuk melakukan hal tersebut. Akan tetapi yang memerintahkan mereka untuk melakukan hal
itu adalah setan-setan dari kalangan jin dan manusia. Jadi peribadahan mereka
pun kepada setan-setan yang telah memerintahkan mereka. Maka Allah membebaskan
hamba-hamba-Nya yang shalih dari (tuduhan) bahwa mereka memerintahkan hal itu.
Bersamaan dengan ini,
orang-orang musyrikin mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang diberikan
petunjuk. Maka hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi tolak ukur bukanlah seseorang itu
berniat baik, akan tetapi dengan bagaimana seseorang itu mengikuti rasul dan
siapa saja yang menempuh jalan mereka. Adapun kalau niatnya baik tetapi
perbuatannya buruk maka hal itu tidak bermanfaat. Maka ini tidak bisa menjadi
udzur bagi mereka, karena Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab kepada mereka untuk
mengingkari hal itu.
Matan
Maka yang
pertama kali Allah perintahkan (nabi-Nya) adalah memberi peringatan darinya
(adalah kesyirikan ini), sebelum peringatan dari zina, mencuri dan selainnya.
>> Syarah
Perkara yang pertama kali Rasulullah diperintah adalah memperingatkan
manusia dari kesyirikan, dimana Allah berfirman,
وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥
“Dan
tinggalkanlah Ar-Rujz (berhala).” [5]
Perintah
itu diberikan sebelum perintah untuk memperingatkan dari perbuatan zina, minum-minuman keras dan memakan hasil riba. Perkara-perkara ini datang
pelarangannya belakangan. Akan tetapi perintah pertama kali adalah
meninggalkan kesyirikan. Allah tidak mengatakan, “Peringatkanlah mereka dari
dosa-dosa besar, zina, riba dan hal-hal buruk lainnya yang mereka biasa
lakukan.” Tetapi perkara yang pertama kali dilarang adalah kesyirikan.
Hal
yang pertama kali diperintahkan kepada mereka adalah tauhid sebelum mereka
diperintahkan untuk shalat, zakat, puasa dan haji, karena tauhid adalah
pondasi. Dan tidaklah bermanfaat ibadah shalat, haji, puasa dan amal shalih
lainnya kalau tidak disertai dengan tauhid.
**********
Matan
Dan kamu telah
mengetahui, bahwa diantara mereka ada yang bergantung kepada berhala. Dan
diantara mereka ada yang bergantung kepada malaikat dan wali dari bani Adam.
>> Syarah
Dahulu
orang-orang musyrikin itu berbeda-beda dalam hal ibadah dan sesembahan mereka.
Di antara mereka ada yang menyembah malaikat, ada yang menyembah orang-orang
shalih, dan di
antara mereka ada yang menyembah pepohonan dan bebatuan.
Namun Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tidak membedakan mereka sama sekali,
bahkan melarang dan memerangi mereka semua. Beliau tidak membedakan antara
orang yang menyembah malaikat, orang-orang shalih ataupun yang menyembah
berhala, karena mereka semua sama, tidak ada perbedaan antara yang menyembah
patung dan yang menyembah wali atau orang shalih.
**********
Matan
Dan mereka mengatakan, “Tidak
ada yang kami inginkan dari mereka selain syafaat mereka!”
Tapi kendati begitu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulai dakwah dengan
memberi peringatan dari kesyirikan (ini), yaitu pada ayat pertama yang
dengannya Allah utus nabi-Nya. Jika kamu memahami perkara ini, sungguh alangkah
bahagianya kamu!
Apalagi
jika kamu mengetahui bahwa tidak ada sesudah perkara ini yang lebih mulia dari
perkara shalat lima waktu.
>> Syarah
Mereka mengatakan,
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا
لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ
“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” [6]
Inilah
tujuan mereka, bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan
beribadah kepada sesembahan-sesembahan
selain Allah itu. Tutjuan mereka bukanlah melakukan kesyirikan. Kalaulah
perbuatan itu merupakan kesyirikan dan
kekafiran maka tidak perlu melihat tujuan apakah baik atau tidak.
Maksudnya,
apabila kamu telah memahami masalah ini, bahwa hal yang pertama kali
diperintahkan adalah tauhid, dan hal pertama yang dilarang adalah kesyirikan.
Maka sesungguhnya tidaklah berguna semua perbuatan baik lain kalau aqidahnya
rusak. Ini merupakan permasalahan dan tuntutan besar yang tidak diketahui
banyak orang yang menisbatkan dirinya kepada islam pada masa ini. Jika kamu memahami perkara ini, sungguh alangkah bahagianya kamu dengan
ilmu yang bermanfaat ini.
Maksudnya, tidak ada
perkara yang lebih besar setelah tauhid daripada shalat lima waktu, karena
shalat merupakan rukun islam yang kedua setelah syahadatain. Bersamaan dengan
ini, Allah
‘azza
wajall tidak memerintahkan
shalat lima waktu kecuali menjelang hijrah. Rasulullah tinggal di mekah
selama tiga belas tahun dan belum diperintahkan untuk melaksanakan shalat
tersebut. Akan tetapi beliau diperintahkan untuk shalat sebelum peristiwa
hijrah pada malam mi’raj. Mengapa perintah shalat itu diakhirkan? Agar
terbangun tuhid, karena kalau seandainya mereka melaksanakan shalat maka
shalatnya tidak bermanfaat kecuali kalau diiringi dengan tauhid.
**********
Matan
Padahal shalat lima
waktu belum diwajibkan kecuali pada malam Isra’ pada tahun kesepuluh setelah
pemboikotan, (setelah) wafatnya Abu Thalib, dan (setelah berlalu) dua tahun dari
peristiwa hijrah ke Habasyah.
>> Syarah
Shalat baru
diwajibkan pada malam Isra’ dan Mi’raj, pada tahun kesepuluh dari kenabiaan. Adapun kisah pemboikotan, dahulu
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mendakwahkan tauhid
dan melarang dari kesyirikan orang-orang musyirkin, menganggu beliau dan para
sahabatnya. Tetapi pamannya membela dan menjaga beliau dari gangguan kaumnya.
Allah menundukkannya untuk Rasulullah padahal pamannya itu musyrik, akan tetapi
Allah azza wajall menjadikannya sebagai pembela dan pelindungnya.
Setelah Abu Thalib
dan isrri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah radhiyallahu ‘anhu meninggal -mereka
berdualah yang selama itu membela beliau-, orang-orang kafir semakin menindas
beliau. Mereka menindas beliau dan para sahabatnya. Sebelumnya, mereka telah
mengepung kaum muslimin di salah satu lembah mekah. Mereka memboikot kaum
muslimin dan menghalangi kaum muslimin dari masuknya bahan makanan dan barang
perniagaan, melarang pernikahan dari kaum muslimin. Mereka mengepung kaum
muslimin di pemukiman ini sampai pedihnya kelaparan menimpa mereka. Orang-orang
kafir itu menulis sabuah lembaran yang mereka tanda tangani kemudian menggantungnya di ka’bah dengan
tujuan untuk memboikot Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan
orang-orang yang bersama dengan beliau. Ketika orang yang biasanya membela
beliau meninggal, mereka pun mendapatkan kesempatan,
maka gangguan mereka kepada beliau dan orang-orang yang bersama beliau semakin
parah. Bersamaan dengan ini, Rasulullah
belum juga diperintahkan untuk shalat sejak diutusnya beliau menjadi nabi
sampai periode ini, karena posisinya sekarang sedang membenarkan aqidah sebelum
yang lainnya.
Ketika gangguan
oran-orang kafir kepada Rasulullah semakin parah dan mereka mempersempit
beliau, beliau menyuruh orang-orang lemah dari kalangan sahabat yang tidak
memiliki orang-orang yang melindungi mereka untuk berhijarah ke Habasyah.
Karena di sana ada raja habasyi yang terkenal tidak mendzolimi siapapun yang
bereda di sekitarnya. Ketika itu dia adalah seorang nasrani, tetapi tidak ada
seorang
pun yang didzalimi yang tinggal di daerahnya. Inilah
peristiwa hijrah yang pertama. Di antara sahabat yang berhijrah pada waktu itu
adalah Utsman dan beberapa tokoh sahabat. Tujuannya adalah menyelamatkan agama
mereka. Dan peristiwa ini merupakan sebab raja Najasyi rahimahullah memeluk
agama islam, ketika dia mendengarkan Al-Qur’an dan mendengarkan penjelasan para
sahabat, Allah memberikanya hidayah kepada islam, kemudian dia masuk islam.
Kaum quraisy
mengirimkan berbagai macam hadiah kepada raja Najasyi dan hal-hal yang menarik
lainnya, mereka mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang keluar dari agama
dan melarikan diri dari kami, maka kembalikanlah mereka kepada kami!”. Dia pun
menolak untuk mengembalikan mereka kepada orang-orang kafir itu. Allah pun
mendustakan sangkaan orang-orang kafir itu dan para utusan quraisy itu pun
kembali dengan kegagalan. Raja Najasyi itu terus melindungi kaum muslimin yang bereda di sekitarnya hingga Allah memberikan jalan keluar.
**********
Matan
Maka jika kamu telah
mengetahui bahwa semua peristiwa-peristiwa ini serta permusuhan yang dahsyat,
semua itu terjadi sebelum diwajibkannya shalat, kamu sangat diharapkan sudah
memahami perkara ini.
Syarah
Apabila
kamu telah mengatahui masalah ini, yaitu masalah tidaklah mereka memusuhi
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, menindas, serta memboikot beliau dan
para sahabatnya melainkan karena perintah untuk menegakkan tauhid dan larangan
dari berbuat kesyirikan. Kalaulah baliau berdamai dengan mereka, kemudian
beliau dan para sahabat fokus menyembah
Allah serta membiarkan orang-orang musyrik itu, pastilah mereka tidak akan
berkata apapun kepada beliau, bahkan mereka akan bergembira dengan ini. Inilah
seruan orang-rang kafir pada masa ini, mereka mengatakan, “Biarkan kita hidup
rukun dan saling toleran, janganlah kalian katakan suatu apapun tentang agama
kami, dan kami tidak akan mengatakan apapun tentang agama kalian.” Mereka
berdusta, karena mereka memerangi islam, kemudian mereka katakan, “Janganlah kalian katakan suatu apapun tentang agama kami, dan kami tidak
akan mengatakan apapun tentang agama kalian”. Mereka memerangi islam dengan sekuat tenaga. Mereka membunuh dan mengusir kaum muslimin lalu mereka
mengatakan, “Marilah kita berdiskusi dan saling toleran?!”
Kalaulah
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyeru kepada tauhid
dan melarang dari kesyirikan pasti mereka tidak akan memberontak.
-----------------------------------------------
Diterjemahkan Oleh Ustadz Agus Purwanto
PROFIL PENULIS | LIHAT TULISAN LAIN
[1] Qs. Al A’raf: 30
[2] QS. Al-Furqan:17-18
[3] QS.
Saba: 40-41
[4] QS. Saba: 41
[5] QS. Al-Muddatsir: 5
[6] QS. Az-Zumar: 3
[6] QS. Az-Zumar: 3