artikel pilihan


#3 | MEMETIK PELAJARAN AQIDAH DARI SIRAH NABAWIYAH: Peristiwa Pertama: Kisah Turunnya Wahyu (Bag. 2)


Syarah Sittah Mawadhi’ Minas Sirah
Syarah oleh: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan

Pengantar redaksi Tauhid.or.id:
Buku "Enam Pelajaran Paling Berharga dari Sirah Nabawiyah" ditulis oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi rahimahullah. Keistimewaan kitab ini adalah pembahasan masalah aqidah dan tauhid dari sisi perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ. Syarah kitab yang ditulis oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan حَفِظَهُ اللهُ ini adalah buku pertama dari project penerjemahan oleh tim bersama dengan alumni & mahasiswa LIPIA Jakarta dan إن شاء الله akan hadir dalam format e-book.

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya #2 | MEMETIK PELAJARAN AQIDAH DARI SIRAH NABAWIYAH: Peristiwa Pertama: Kisah Turunnya Wahyu (Bag. 1)



**********

Matan
Allah  subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
"Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” 

>>Syarah
Bagaimana mereka bisa menjadikan setan-satan itu sebagai pelindung selain Allah, padahal mereka bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan orang-orang shalih seperti Isa, Uzair dan para malaikat? Ya, mereka menjadikan setan-setan itu sebagai pelindung. Karena orang-orang shalih itu tidak meridhai hal tersebut, serta tidak meyuruh mereka untuk melakukannya. Akan tetapi setan lah yang menyuruh mereka untuk melakukannya. Setan-setan itulah yang menyuruh mereka untuk menyembah Al-Masih, para malaikat, Uzair dan yang lainnya dari kalangan para nabi dan orang-orang shalih. Jadi pada hakikatnya mereka menyembah setan, karena mereka menaatinya ketika diperintah untuk beribadah kepada orang-orang shalih tersebut.
﴿وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” [1]
Mereka mengira inilah petunjuk dan jalan kebaikan serta keshalihan. Oleh karena itulah Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَقُولُ ءَأَنتُمۡ أَضۡلَلۡتُمۡ عِبَادِي هَٰٓؤُلَآءِ أَمۡ هُمۡ ضَلُّواْ ٱلسَّبِيلَ ١٧ قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ مَا كَانَ يَنۢبَغِي لَنَآ أَن نَّتَّخِذَ مِن دُونِكَ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ وَلَٰكِن مَّتَّعۡتَهُمۡ وَءَابَآءَهُمۡ حَتَّىٰ نَسُواْ ٱلذِّكۡرَ وَكَانُواْ قَوۡمَۢا بُورٗا ١٨
"Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah), Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?
Mereka (yang disembah itu) menjawab, “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain engkau (untuk menjadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan hidup, sampai mereka melupakan peringatan; dan mereka adalah kaum yang binasa.” [2]
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman,
﴿ وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا ثُمَّ يَقُولُ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ أَهَٰٓؤُلَآءِ إِيَّاكُمۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٤٠ قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ...
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Allah berfirman kepada malaikat, Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab, "Mahasuci Engkau ... [3]
Para malaikat itu mensucikan Allah subhanahu wata’ala dari penyembahan kepada selain-Nya bersama-Nya.
﴿ ... وَلِيُّنَا مِن دُونِهِمۖ بَلۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٱلۡجِنَّۖ أَكۡثَرُهُم بِهِم مُّؤۡمِنُونَ ٤١
Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” [4]
Para malaikat pun berlepas diri dari orang-orang musyrikin, dan mengabarkan bahwa mereka tidak memerintahkan orang-orang itu untuk melakukan hal tersebut. Akan tetapi yang memerintahkan mereka untuk melakukan hal itu adalah setan-setan dari kalangan jin dan manusia. Jadi peribadahan mereka pun kepada setan-setan yang telah memerintahkan mereka. Maka Allah membebaskan hamba-hamba-Nya yang shalih dari (tuduhan) bahwa mereka memerintahkan hal itu. Bersamaan dengan ini, orang-orang musyrikin mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang diberikan petunjuk. Maka hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi tolak ukur bukanlah seseorang itu berniat baik, akan tetapi dengan bagaimana seseorang itu mengikuti rasul dan siapa saja yang menempuh jalan mereka. Adapun kalau niatnya baik tetapi perbuatannya buruk maka hal itu tidak bermanfaat. Maka ini tidak bisa menjadi udzur bagi mereka, karena Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab kepada mereka untuk mengingkari hal itu.

**********

Matan
Maka yang pertama kali Allah perintahkan (nabi-Nya) adalah memberi peringatan darinya (adalah kesyirikan ini), sebelum peringatan dari zina, mencuri dan selainnya.

>> Syarah
Perkara yang pertama kali Rasulullah diperintah adalah memperingatkan manusia dari kesyirikan, dimana Allah berfirman,
وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥

“Dan tinggalkanlah Ar-Rujz (berhala).” [5]
Perintah itu diberikan sebelum perintah untuk memperingatkan dari perbuatan zina, minum-minuman keras dan memakan hasil riba. Perkara-perkara ini datang pelarangannya belakangan. Akan tetapi perintah pertama kali adalah meninggalkan kesyirikan. Allah tidak mengatakan, “Peringatkanlah mereka dari dosa-dosa besar, zina, riba dan hal-hal buruk lainnya yang mereka biasa lakukan.” Tetapi perkara yang pertama kali dilarang adalah kesyirikan.
Hal yang pertama kali diperintahkan kepada mereka adalah tauhid sebelum mereka diperintahkan untuk shalat, zakat, puasa dan haji, karena tauhid adalah pondasi. Dan tidaklah bermanfaat ibadah shalat, haji, puasa dan amal shalih lainnya kalau tidak disertai dengan tauhid.

**********

Matan
Dan kamu telah mengetahui, bahwa diantara mereka ada yang bergantung kepada berhala. Dan diantara mereka ada yang bergantung kepada malaikat dan wali dari bani Adam.

>> Syarah
Dahulu orang-orang musyrikin itu berbeda-beda dalam hal ibadah dan sesembahan mereka. Di antara mereka ada yang menyembah malaikat, ada yang menyembah orang-orang shalih, dan di antara mereka ada yang menyembah pepohonan dan bebatuan. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membedakan mereka sama sekali, bahkan melarang dan memerangi mereka semua. Beliau tidak membedakan antara orang yang menyembah malaikat, orang-orang shalih ataupun yang menyembah berhala, karena mereka semua sama, tidak ada perbedaan antara yang menyembah patung dan yang menyembah wali atau orang shalih.

**********

Matan
Dan mereka mengatakan, Tidak ada yang kami inginkan dari mereka selain syafaat mereka!
Tapi kendati begitu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulai dakwah dengan memberi peringatan dari kesyirikan (ini), yaitu pada ayat pertama yang dengannya Allah utus nabi-Nya. Jika kamu memahami perkara ini, sungguh alangkah bahagianya kamu!
Apalagi jika kamu mengetahui bahwa tidak ada sesudah perkara ini yang lebih mulia dari perkara shalat lima waktu.

>> Syarah
Mereka mengatakan,
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ

Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” [6]

Inilah tujuan mereka, bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan beribadah  kepada sesembahan-sesembahan selain Allah itu. Tutjuan mereka bukanlah melakukan kesyirikan. Kalaulah perbuatan itu merupakan kesyirikan  dan kekafiran maka tidak perlu melihat tujuan apakah baik atau tidak.

Maksudnya, apabila kamu telah memahami masalah ini, bahwa hal yang pertama kali diperintahkan adalah tauhid, dan hal pertama yang dilarang adalah kesyirikan. Maka sesungguhnya tidaklah berguna semua perbuatan baik lain kalau aqidahnya rusak. Ini merupakan permasalahan dan tuntutan besar yang tidak diketahui banyak orang yang menisbatkan dirinya kepada islam pada masa ini. Jika kamu memahami perkara ini, sungguh alangkah bahagianya kamu dengan ilmu yang bermanfaat ini.

Maksudnya, tidak ada perkara yang lebih besar setelah tauhid daripada shalat lima waktu, karena shalat merupakan rukun islam yang kedua setelah syahadatain. Bersamaan dengan ini, Allah ‘azza wajall tidak memerintahkan  shalat lima waktu kecuali menjelang hijrah. Rasulullah tinggal di mekah selama tiga belas tahun dan belum diperintahkan untuk melaksanakan shalat tersebut. Akan tetapi beliau diperintahkan untuk shalat sebelum peristiwa hijrah pada malam mi’raj. Mengapa perintah shalat itu diakhirkan? Agar terbangun tuhid, karena kalau seandainya mereka melaksanakan shalat maka shalatnya tidak bermanfaat kecuali kalau diiringi dengan tauhid.


**********

Matan
Padahal shalat lima waktu belum diwajibkan kecuali pada malam Isra’ pada tahun kesepuluh setelah pemboikotan, (setelah) wafatnya Abu Thalib, dan (setelah berlalu) dua tahun dari peristiwa hijrah ke Habasyah.

>> Syarah
Shalat baru diwajibkan pada malam Isra’ dan Mi’raj, pada tahun kesepuluh dari kenabiaan. Adapun kisah pemboikotan, dahulu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mendakwahkan tauhid dan melarang dari kesyirikan orang-orang musyirkin, menganggu beliau dan para sahabatnya. Tetapi pamannya membela dan menjaga beliau dari gangguan kaumnya. Allah menundukkannya untuk Rasulullah padahal pamannya itu musyrik, akan tetapi Allah azza wajall menjadikannya sebagai pembela dan pelindungnya.
Setelah Abu Thalib dan isrri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah radhiyallahu ‘anhu meninggal -mereka berdualah yang selama itu membela beliau-, orang-orang kafir semakin menindas beliau. Mereka menindas beliau dan para sahabatnya. Sebelumnya, mereka telah mengepung kaum muslimin di salah satu lembah mekah. Mereka memboikot kaum muslimin dan menghalangi kaum muslimin dari masuknya bahan makanan dan barang perniagaan, melarang pernikahan dari kaum muslimin. Mereka mengepung kaum muslimin di pemukiman ini sampai pedihnya kelaparan menimpa mereka. Orang-orang kafir itu menulis sabuah lembaran yang mereka tanda tangani  kemudian menggantungnya di ka’bah dengan tujuan untuk memboikot Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang yang bersama dengan beliau. Ketika orang yang biasanya membela beliau meninggal, mereka pun mendapatkan kesempatan, maka gangguan mereka kepada beliau dan orang-orang yang bersama beliau semakin parah.  Bersamaan dengan ini, Rasulullah belum juga diperintahkan untuk shalat sejak diutusnya beliau menjadi nabi sampai periode ini, karena posisinya sekarang sedang membenarkan aqidah sebelum yang lainnya.
Ketika gangguan oran-orang kafir kepada Rasulullah semakin parah dan mereka mempersempit beliau, beliau menyuruh orang-orang lemah dari kalangan sahabat yang tidak memiliki orang-orang yang melindungi mereka untuk berhijarah ke Habasyah. Karena di sana ada raja habasyi yang terkenal tidak mendzolimi siapapun yang bereda di sekitarnya. Ketika itu dia adalah seorang nasrani, tetapi tidak ada seorang pun yang didzalimi yang tinggal di daerahnya. Inilah peristiwa hijrah yang pertama. Di antara sahabat yang berhijrah pada waktu itu adalah Utsman dan beberapa tokoh sahabat. Tujuannya adalah menyelamatkan agama mereka. Dan peristiwa ini merupakan sebab raja Najasyi rahimahullah memeluk agama islam, ketika dia mendengarkan Al-Qur’an dan mendengarkan penjelasan para sahabat, Allah memberikanya hidayah kepada islam, kemudian dia masuk islam.
Kaum quraisy mengirimkan berbagai macam hadiah kepada raja Najasyi dan hal-hal yang menarik lainnya, mereka mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang keluar dari agama dan melarikan diri dari kami, maka kembalikanlah mereka kepada kami!”. Dia pun menolak untuk mengembalikan mereka kepada orang-orang kafir itu. Allah pun mendustakan sangkaan orang-orang kafir itu dan para utusan quraisy itu pun kembali dengan kegagalan. Raja Najasyi itu terus melindungi kaum muslimin yang bereda di sekitarnya hingga Allah memberikan jalan keluar.

**********

Matan
Maka jika kamu telah mengetahui bahwa semua peristiwa-peristiwa ini serta permusuhan yang dahsyat, semua itu terjadi sebelum diwajibkannya shalat, kamu sangat diharapkan sudah memahami perkara ini.

Syarah
Apabila kamu telah mengatahui masalah ini, yaitu masalah tidaklah mereka memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menindas, serta memboikot beliau dan para sahabatnya melainkan karena perintah untuk menegakkan tauhid dan larangan dari berbuat kesyirikan. Kalaulah baliau berdamai dengan mereka, kemudian beliau dan para sahabat  fokus menyembah Allah serta membiarkan orang-orang musyrik itu, pastilah mereka tidak akan berkata apapun kepada beliau, bahkan mereka akan bergembira dengan ini. Inilah seruan orang-rang kafir pada masa ini, mereka mengatakan, “Biarkan kita hidup rukun dan saling toleran, janganlah kalian katakan suatu apapun tentang agama kami, dan kami tidak akan mengatakan apapun tentang agama kalian.” Mereka berdusta, karena mereka memerangi islam, kemudian mereka katakan, “Janganlah kalian katakan suatu apapun tentang agama kami, dan kami tidak akan mengatakan apapun tentang agama kalian”. Mereka memerangi islam dengan sekuat tenaga. Mereka membunuh dan mengusir kaum muslimin lalu mereka mengatakan, “Marilah kita berdiskusi dan saling toleran?!
Kalaulah beliau  shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak menyeru kepada tauhid dan melarang dari kesyirikan pasti mereka tidak akan memberontak.

-----------------------------------------------
Diterjemahkan Oleh Ustadz Agus Purwanto
PROFIL PENULIS | LIHAT TULISAN LAIN




[1] Qs. Al A’raf: 30
[2] QS. Al-Furqan:17-18
[3] QS. Saba: 40-41
[4] QS. Saba: 41
[5] QS. Al-Muddatsir: 5
[6] QS. Az-Zumar: 3
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

adv/http://halaqah.tauhid.or.id/|

Artikel Pilihan

artikel pilihan/carousel

Arsip Artikel Per Bulan



Facebook

fb/https://www.facebook.com/Tauhid.or.id



Kids

Konten khusus anak & download e-book




Course