Pembaca yang
budiman, pada artikel yang terakhir, kita telah kemukakan kebiasaan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berkhalwat (menyendiri) di Gua Hira. Di
tengah-tengah kebiasaan beliau inilah, wahyu yang pertama diturunkan kepada
beliau.
Ketika itu
usia Rasulullah menginjak empat puluh tahun menurut pendapat yang terkenal di
kalangan para ulama. Hal ini telah diriwayatkan dari sahabat yang mulia
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, demikian juga dari Atha’, Sa’id bin Al
Musayyib dan yang selain mereka. Usia empat puluh tahun ini adalah usia di mana
seorang lelaki mencapai puncak kecerdasan, kematangan berpikir, serta keluasan
wawasannya. [1]
Menurut Asy
Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, setelah melalui pengamatan dan
perenungan terhadap beberapa bukti-bukti dan tanda-tanda yang akurat, kejadian
turunnya wahyu pertama terjadi pada hari Senin, malam ke-21 Ramadhan dan
bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M. Usia beliau saat itu empat
puluh tahun enam bulan dua belas hari menurut kalender qamariyyah (berdasarkan
pengamatan bulan) dan sekitar tiga puluh sembilan tahun tiga bulan dua puluh
hari; ini menurut penanggalan syamsiyyah (berdasarkan pengamatan matahari).[2]
Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari di dalam shahihnya,
dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ
فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ
الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ
فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ - وَهُوَ التَّعَبُّدُ - اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ العَدَدِ
قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى
خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ
حِرَاءٍ
“Dahulu
pertama kali yang dialami oleh Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam adalah
mimpi yang benar waktu tidur. Beliau tidak bermimpi kecuali dalam bentuk
seperti waktu subuh. Kemudian beliau senang menyendiri. Maka beliau menuju ke
gua Hira melakukan tahannuts (beribadah) [3] beberapa malam, lalu pulang
menemui istrinya sekaligus mengambil bekal, lalu berangkat lagi. Kemudian
beliau pulang kembali menemui Khadijah untuk berbekal kembali. Hingga beliau
dikejutkan dengan datangnya kebenaran ketika beliau di dalam Gua Hira.”
Kemudian
beliau melanjutkan kisahnya…
فَجَاءَهُ المَلَكُ فَقَالَ: اقْرَأْ،
قَالَ: «مَا أَنَا بِقَارِئٍ»، قَالَ: " فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ
مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ: مَا أَنَا
بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ
ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي
فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ. اقرأ وربك
الأكرم . الذي علم بالقلم علَّم الإنسان ما لم يعلم}
[العلق: 1-5]
Maka suatu
malam Malaikat mendatanginya seraya berkata, “Bacalah!”
Beliau menjawab,
“Aku tidak bisa membaca.”
Beliau
berkata, “Lalu dia mendekapku hingga aku merasa kepayahan. Kemudian dia melepaskanku
dan kembali berkata, “Bacalah!”
Aku menjawab,
“Aku tidak bisa membaca.”
Dia kembali
mendekapku yang kedua kali hingga aku merasa kepayahan. Kemudian aku dilepas dia
kembali berkata, “Bacalah!”
Aku menjawab,
“Aku tidak bisa membaca.”
Maka dia
mendekapku yang ketiga kalinya sampai aku merasa kepayahan. Kemudian dia
melepaskanku, lalu berkata,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al Alaq: 1-5)
فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ، فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ
خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَقَالَ: «زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي»
فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ، فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا
الخَبَرَ: «لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي» فَقَالَتْ خَدِيجَةُ: كَلَّا وَاللَّهِ
مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ،
وَتَكْسِبُ المَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الحَقِّ
Kemudian
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam pulang dalam keadaan gemetar hingga
menemui Khadijah seraya mengatakan, “Selimuti aku, selimuti aku.”
Lalu Khadijah radhiyallahu
‘anha menyelimuti beliau hingga hilang rasa takutnya.
Beliau
kemudian menceritakan apa yang terjadi kepada Khadijah dan berkata, “Aku khawatir
sesuatu akan terjadi pada diriku…”
Khadijah kemudian
mengatakan, “Sekali-kali tidak… Demi Allah, sungguh Allah tidak akan
menghinakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambung tali
persaudaraan, suka menolong orang yang membutuhkan, membantu orang miskin,
engkau juga suka menjamu tamu, dan membantu orang untuk menunaikan haknya."
فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى
أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ العُزَّى ابْنَ عَمِّ
خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ يَكْتُبُ
الكِتَابَ العِبْرَانِيَّ، فَيَكْتُبُ مِنَ الإِنْجِيلِ بِالعِبْرَانِيَّةِ مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ، وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ،
Lalu Khadijah
mengajak Rasulullah untuk menemui
Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdil Uzza, Beliau adalah sepupu Khadijah dari sebelah
bapaknya. Ketika itu Waraqah adalah seorang pemeluk agama Nashrani di masa
jahiliyah. Waraqah adalah seorang yang menulis dalam bahasa Ibrani. Beliau menulis
Injil dengan bahasa Ibraniyah sesuai dengan apa yang telah Allah kehendaki bagi
beliau. Ketika itu beliau sudah sangat tua dan buta.
فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ: يَا ابْنَ
عَمِّ، اسْمَعْ مِنَ ابْنِ أَخِيكَ، فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ: يَا ابْنَ أَخِي
مَاذَا تَرَى؟ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَبَرَ مَا رَأَى، فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ: هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ
اللَّهُ عَلَى مُوسَى، يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا، لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا
إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«أَوَ مُخْرِجِيَّ هُمْ»، قَالَ: نَعَمْ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا
جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا
مُؤَزَّرًا. ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ، وَفَتَرَ الوَحْيُ
Khadijah
berkata, “Wahai sepupuku, coba dengarkan apa yang dituturkan oleh anak
saudaramu ini!”
Waraqah lalu
mengatakan, “Wahai anak saudaraku apa yang terjadi pada dirimu?"
Maka Nabi
sallallahu alaihi wa sallam menceritakan peristiwa yang beliau lihat.
Lalu Waraqah berkata,
“Itu adalah namus (malaikat) yang diturunkan kepada Nabi Musa. Duhai seandainya
aku masih muda dan masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”
Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?”
Waraqah
mengatakan, “Ya, tidaklah seorang pun yang mendapatkan wahyu sepertimu kecuali
dia akan disakiti. Jika aku masih hidup mendapati saat itu, aku akan menolongmu
dengan segenap kemampuan yang ada.”
Kemudian tidak
lama setelah itu Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus.
Wallahu a’lam
bisshawab.
**********
CATATAN KAKI:
[1] Muhammad
bin Shalih Al Utsaimin, Ushulun fit Tafsir, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1423 H),
hlm. 10.
[2] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar
Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 85.
[3] Lihat
perincian makna tahannuts pada artikel sebelum ini.
-----
Artikel Sebelumnya:
#20 | BERKHALWAT DALAM GUA HIRA#19 | PENDAHULUAN KENABIAN
#18 | PENJAGAAN ALLAH TERHADAP RASULULLAH SEBELUM MASA KENABIAN
#16 | PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH RADHIYALLAHU ANHA
#15 MASA REMAJA RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM # 2
#14 MASA REMAJA RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM #1
#13 PEMBELAHAN DADA RASULULLAH ﷺ DAN WAFATNYA SANG IBU
#12 HIDUP DI TENGAH BANI SA’AD
#11 PENYUSUAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM
#10 AYAH DAN IBU RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
#9 NASAB DAN KELUARGA BESAR RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
#8 KELAHIRAN NABI SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM
#7 KISAH PASUKAN GAJAH #2
#6 KISAH PASUKAN GAJAH #1
#5 SEJARAH KOTA MAKKAH
#4 MENGAPA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM DITURUNKAN DI ARAB
#3 MENGENAL BANGSA ARAB JAHILIYAH (Bagian #2)
#2 MENGENAL BANGSA ARAB JAHILIYAH (Bagian #1)
#1 SIRAH NABAWIYAH DAN KEUTAMAAN MEMPELAJARINYA
#20 | BERKHALWAT DALAM GUA HIRA#19 | PENDAHULUAN KENABIAN
#18 | PENJAGAAN ALLAH TERHADAP RASULULLAH SEBELUM MASA KENABIAN
#16 | PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH RADHIYALLAHU ANHA
#15 MASA REMAJA RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM # 2
#14 MASA REMAJA RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM #1
#13 PEMBELAHAN DADA RASULULLAH ﷺ DAN WAFATNYA SANG IBU
#12 HIDUP DI TENGAH BANI SA’AD
#11 PENYUSUAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM
#10 AYAH DAN IBU RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
#9 NASAB DAN KELUARGA BESAR RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
#8 KELAHIRAN NABI SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM
#7 KISAH PASUKAN GAJAH #2
#6 KISAH PASUKAN GAJAH #1
#5 SEJARAH KOTA MAKKAH
#4 MENGAPA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM DITURUNKAN DI ARAB
#3 MENGENAL BANGSA ARAB JAHILIYAH (Bagian #2)
#2 MENGENAL BANGSA ARAB JAHILIYAH (Bagian #1)
#1 SIRAH NABAWIYAH DAN KEUTAMAAN MEMPELAJARINYA
------------------------------------------------
Ditulis Oleh Ustadz Wira Bachrun Al Bankawy