- Isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid.
- Maula (mantan budak) beliau, Zaid bin Haritsah bin Syarahil alKalbi.
- Keponakan beliau 'Ali bin Abi Thalib
- Sahabat beliau yang paling dekat yaitu Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,
DAKWAH ABU BAKR RADHIYALLAHU ANHU
Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat Rasulullah yang memiliki keutamaan yang besar. Ketika banyak orang mendustakan apa yang beliau bawa, Abu Bakr adalah orang yang paling kuat pembenaran dan dukungannya kepada beliau.
إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ“Sesungguhnya mengutusku kepada kalian. Kalian mengatakan, ‘Engkau dusta!’. Adapun Abu Bakr mengatakan, ‘Dia benar’. Ia telah mengorbankan jiwa dan hartanya demi aku.” (HR. Al Bukhari)
- Utsman bin Affan Al Umawi
- Az Zubair bin Awam Al Asadi
- Abdurrahman bin 'Auf
- Sa'ad bin Abi Waqqash
- Thalhah bin 'Ubaidillah [2]
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ“Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah di surga”. (HR. At Tirmidzi)
Kemudian setelah itu masuk Islamlah para sahabat yang mulia lainnya, di antaranya
- Abu 'Ubaidah; 'Amir bin Al Jarrah
- Abu Salamah bin 'Abdul Asad
- Al Arqam bin Abil Arqam
- Utsman bin Mazh'un
- Qudamah bin Mazh’un
- Abdullah bin Mazh’un
- Ubaidah bin Al Harits bin Al Muththalib bin 'Abdu Manaf
- Sa'id bin Zaid Al 'Adawy
- Fathimah binti Al Khaththab Al 'Adawiyyah (saudara perempuan Umar bin Al Khaththab dan istri dari Said bin Zaid)
- Khabbab bin Al Arts
- Ja’far bin Abi Thalib
- Asma’ bin Umais
- Khalid bin Sa’id Al Umawi
- Aminah binti Khalaf
- Amr bin Sa’id Al Umawi
- Hathib bin Al Harits Al Jumahi
- Fathimah bin Al Mujallil
- Al Khattab bin Al Harits
- Fukaihah binti Yasar
- Ma’mar bin Al Harits
- Al Muthallib bin Azhar Az Zuhri
- Ramlah binti Abu Auf
- Nu’aim bin Abdullah Al Adawi
Adapun yang berasal dari selain Quraisy, di antaranya:
- Abdullah bin Mas’ud Al Hudzali
- Mas’ud bin Rabi’ah Al Qari
- Abdullah bin Jahsy Al Asadi
- Abu Ahmad bin Jahsy
- Bilal bin Rabah Al Habasy
- Suhaib bin Sinaan Ar Ruumi
- Ammar bin Yasir Al Anasi
- Yasir Al Anasi
- Sumayyah (istri Yasir, ibu dari Ammar)
- Amir bin Fuhairah
- Ummu Ayman Barakah Al Habasyiyah
- Ummu Fadhl, istri dari Abbas (paman Rasulullah)
- Asma’ binti Abu Bakr [3]
Ammar radhiyallahu ‘anhu berkata,
Disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar bahwa kelima budak itu adalah:رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا مَعَهُ، إِلَّا خَمْسَةُ أَعْبُدٍ، وَامْرَأَتَانِ وَأَبُو بَكْرٍ"Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak ada orang yang bersama beliau kecuali lima orang budak, dua orang wanita, dan Abu Bakr". (HR. Al Bukhari)
- Bilal bin Rabah
- Zaid bin Haritsah
- Aamir bin Fahiirah, budaknya Abu Bakr.
- Abu Fakihah, budaknya Shofwan bin Umayyah.
- Yasir, ayah dari Ammar, suami Sumayyah
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari (kalangan) orang-orang muhajirin dan anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 100).
[1] Ibrahim Al ‘Ali, Shahih As Sirah An Nabawiyyah, (Amman: Daarun Nafaais, 2010), hlm. 74.
[2] Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Ar Rahiqul Makhtum, (Riyadh: Dar Ibnil Jauzi, 1435 H), hlm. 91-92.
[3] Ibid., hlm. 92
[4] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari, (Beirut: Darul Ma’rifah, 1379 H), Jil. 1, hlm. 300.
#21 | WAHYU PERTAMA
#20 | BERKHALWAT DALAM GUA HIRA#19 | PENDAHULUAN KENABIAN